Bagaimana menggunakan benda sekitar untuk pembelajaran?

Bagaimana menggunakan benda sekitar untuk pembelajaran?

Halo Sobat Insan Pendidik, semoga selalu semangat dalam menjalankan amanah kita sebagai insan pendidik bagi generasi penerus negeri…! Kali ini kami akan berbagi berkaitan dengan bagaimana menggunakan benda di sekitar kita untuk pembelajaran.

Salah satu pendidik adalah guru. Guru adalah pekerjaan mulia. Di balik kerja mulianya ini, tidaklah mudah menjadi guru. Tugasnya bukan sekadar mengajar. Ada tanggung jawab besar mendidik rata-rata 30 anak orang lain di setiap kelas. Salah sedikit mereka tersesat, salah ucap mereka salah langkah, salah sikap dan menyikapi tak lagi jadi teladan. Tak belajar lebih dulu, akan tertinggal. Cara pembelajaran tidak update, akan dicap kuno.

Beberapa kali penulis melakukan mitra pembelajaran dan modelling di sebuah sekolah dasar di daerah Bogor (Jawa Barat), saya mencoba beberapa inovasi dalam desain pembelajaran. Bukan perkara mudah mendesain pembelajaran. Saya tetap harus membaca, menganalisis, dan belajar. Apalagi karakteristik siswa SD yang masih memiliki jiwa bermain. Iya, kata kuncinya adalah belajar.

Dengan belajar saya mengalami beberapa proses panjang. Rintangan bukan lagi menjadi musuh, melainkan sahabat untuk menempa diri agar bisa lebih baik lagi. Mengajar memang menyenangkan, dengan catatan perencanaan sudah dibuat dengan optimal. Hal itu saya rasakan ketika melakukan modelling di kelas 2 sekolah dasar tersebut. Pembelajaran tematik yang saya desain adalah IPA dan Bahasa Inggris.

Dalam desain pembelajaran yang saya buat, saya melengkapinya dengan membawa contoh sumber energi (makanan), seperti nasi, sayur, telur, pisang, jeruk, dan wafer.

Definisi energi disampaikan menggunakan gerak ucap berulang. Setiap siswa diminta untuk tuntas memahami definisi sebelum dijelaskan sumber-sumber energi yang lain. Seru melihat ekspresi kesungguhan para siswa belajar. Mereka akhirnya bisa menghafal definisi energi. Ketika saya uji-cobakan cara gerak ucap berulang kepada kelas 3, ternyata hasilnya juga baik. Cukup bertanya: apa itu energi, mereka serempak menjawab: “energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.”

Setelah definisi tuntas, saya coba memberikan cara meng ingat sumber-sumber energi dengan cara merangkum materi dalam tepukan. Setelah dijelaskan, mereka mencoba mengingat sumber energi dengan tepukan.

Tepuk sumber energi (prok 3x)

Sumber energi (prok 3x) ada lima (prok 3x)

Disingkat (prok 3x)

MAMAM

Yang pertama (prok 3x)

Matahari

Yang kedua (prok 3x)

Air

Yang ketiga (prok 3x)

Minyak bumi

Yang keempat (prok 3x)

Angin

Yang kelima (prok 3x)

Makanan

Yes… Yes… Yes…!

Tepukan tersebut bisa dilakukan secara serempak satu kelas dan bisa juga berpasang-pasangan; satu orang bertanya, dan satu orang menjawab. Mereka seperti asyik dalam bermain tepukan, tapi tentu saja tepukan yang berisi materi pembelajaran.

Saya menggarisbawahi makanan, dan saya arahkan para siswa untuk melakukan curah pendapat. Makanan apa saja yang menyehatkan, waktu jam makan berapa kali sehari, suka sayuran atau tidak, dan bagaimana memilih jajanan yang sehat. Lalu untuk memperkaya kosakata dalam bahasa Inggris kami memberikan labelling pada makanan yang telah saya bawa dan siapkan.

Nasi : Rice

Sayur : Vegetable

Pisang : Banana

Wafer : Waffer

Telur : Egg

Dengan menggunakan teknik listen, look and repeat mereka mengikuti dengan baik. Kemudian di akhir pembelajaran saya melakukan evaluasi. Evaluasi tidak melulu dengan tes tulis. Tes lisan

ternyata bisa menjadi pilihan. Cukuplah LKS menjadi lembar latihan untuk siswa, jangan dijadikan sumber utama untuk mengajar.

Sebenarnya masih banyak sumber belajar di sekitar kita yang bisa dijadikan pendukung desain pembelajaran agar lebih menarik dan berkesan. Akhirnya mengajar adalah belajar. Guru belajar, siswa pun belajar. Menyenangkan, bukan?

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Neti Avita Nur Ekayanti]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares