Bagaimana Membangkitkan Semangat Belajar Siswa?

Bagaimana Membangkitkan Semangat Belajar Siswa?

Dalam proses pembelajaran di sekolah, para guru sering menghadapi beragam watak siswanya.

Banyak guru yang berhasil menghadapi masalah-masalah terkait watak, tapi tidak jarang ada guru yang apatis bahkan putus asa menghadapinya. Akibatnya, hasil proses pembelajaran tidak maksimal atau bahkan gagal.

Sebenarnya proses yang terpenting di dalam pembelajaran adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik. Sebaik apa pun pemahaman yang dimiliki oleh pendidik, jika gagal berinteraksi dengan peserta didik, hal ini akan menghambat proses pembelajaran yang optimal. Interaksi di sini mengharuskan komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik.

Dalam komunikasi efektif harus ada respek dan empati terhadap lawan bicara kita. Respek adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Sementara empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Untuk memberikan respek dan empati yang baik, dapat diawali dengan guru menyapa siswa.

Selama proses pendampingan sekolah di salah satu sekolah dasar di Jambi saya kerap menemui permasalahan yang diawali dengan kegagalan interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik, terutama di kelas 1. Ketika guru sedang mengajar, bukan hal yang aneh ada anak yang ke sana dan ke mari untuk bermain berteriak-teriak, bahkan berkelahi. Di lain pihak, ada anak yang diam berlebihan alias tidak semangat dalam belajar.

Untuk mengatasi situasi semacam ini, langkah sederhana yang saya lakukan adalah memberikan yel-yel sapaan kepada guru dan mendorong guru untuk membiasakan menyapa siswa-siswanya sebelum memulai proses pembelajaran. Hasilnya seperti sapaan Ibu Tuti, sang kepala sekolah, “Apa kabarnya hari ini siswa-siswaku?” Lalu siswa pun menjawab mantap, “Alhamdulillah, luar biasa, ceria, yes…yes….yes!” Cara serupa diterapkan juga oleh guru-guru.

Sapaan sederhana ini ternyata sanggup membangkitkan semangat para siswa untuk belajar. Secara tidak langsung juga cara ini membiasakan budaya saling sapa antara pendidik dan peserta didiknya. Hasil yang diharapkan tidaklah berhenti pada sapaan guru ke siswa secara bersamaan saja, namun juga ke siswa secara perorangan. Semangat yang ditunjukkan oleh para siswa ternyata juga dapat membangkitkan semangat guru ketika mengajar.

Alhamdulillah, setelah beberapa bulan pendampingan, ada perubahan di kelas 1. Ibu Fatimah, salah seorang wali kelas 1, secara rutin memberikan sapaan dan yel-yel kepada anak didiknya. Ketika mengucapkan yel-yel dengan penuh semangat dan lantang, sisa menjadi nyaman perasaannya sebelum belajar. Yel-yel juga mengalihkan energi berlebih yang dimiliki oleh sebagian siswa. Energi yang biasanya mereka gunakan untuk berteriak-teriak dan bermain saat belajar dialihkan untuk mengungkapkan yel-yel penuh semangat dan membahana. Kelas pun lebih kondusif untuk belajar.

Inilah langkah sederhana yang diharapkan mampu membangun komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Ini juga syarat utama terjadinya interaksi yang baik di dalam proses pembelajaran. Tiadanya penyemangat di awal, bisa jadi akan mendorong siswa malas belajar. Sehingga, ke sekolah mungkin terpaksa karena mereka telanjur memiliki masalah yang berat di rumah. Untuk itu, hanya satu yang mereka harapkan dari gurunya ketika berada di sekolah: sapaan dari guru. Apa jadinya kalau para siswa tidak mendapatkan apa-apa di sekolah walau sekadar sapaan yang bisa membangkitkan gairah belajarnya? Jadi, jangan sungkan untuk menyapa siswa-siswa kita, karena bisa jadi mereka sangat mendambakannya. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: M. Irfan Anshory]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares