Bagaimana Melibatkan Siswa Belajar dari Alam Sekitar?

Siang itu Pak Rafi’i sedang mengajarkan IPA di kelas 4B sebuah sekolah dasar di Tanah Bumbu (Kalimantan Selatan). Materinya tentang Struktur Akar dan Daun pada Tumbuhan.
Diawali dengan memberi motivasi kepada para peserta didik, Pak Rafi’i membentuk kelompok-kelompok belajar. Satu kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa. Setelah terbentuk kelompok, Pak Rafi’i membagikan kertas kerja kemudian menjelaskan cara pengisian kertas kerja tersebut.
Para siswa terlihat begitu serius memerhatikan penjelasan dari guru Pak Rafi’i. Beberapa saat kemudian mereka mulai berdiskusi kelompok tentang materi pelajaran dan cara pengisian lembar kerja.
Waktunya mereka keluar kelas dan berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing. Sudah terlihat kesiapan di mata mereka, maka langkah kaki anak-anak itu mulai berjalan menuju halaman belakang sekolah. Sesampainya di sana, mereka mulai mencari bentuk-bentuk struktur akar dan daun pada tumbuhan. Para siswa mulai memotong, memetik bermacam bentuk daun, dan mencabut beberapa bentuk akar yang berbeda dari masing-masing contoh tumbuhan yang mereka temukan.
Pencarian mereka tidak berhenti di halaman belakang sekolah saja, tapi juga menelusuri hutan belakang sekolah. Jalan setapak yang ditelusuri cukup sempit, maka mereka berbaris dengan rapi dan berjalan dengan pelan dengan tetap diseliai canda tawa. Meskipun di dalam hutan kecil itu terlihat banyak nyamuk yang beterbangan, anak-anak itu tetap terlihat antusias mencari beberapa bentuk daun, batang, dan akar yang berbeda-beda.
Hutan itu terlihat sedikit rimbun. Ada bermacam-macam tanaman di sana. Ada berbagai bentuk akar, yaitu akar serabut, akar tunggang, akar pelekat, akar tunjang, dan akar gantung. Selain berbagai bentuk akar, ada juga bentuk-bentuk batang, yaitu batang berkayu, batang rumput, dan batang basah. Bukan saja bentuk akar dan batang, mereka juga dapat melihat secara langsung bagaimana bentuk jenis-jenis tulang daun, yaitu daun melengkung, daun menjari, daun menyirip, dan daun sejajar.
Para siswa terlihat begitu senang bisa belajar di luar kelas. Mereka bisa melihat langsung beragam bentuk tumbuhan, meskipun tidak dirasa tubuh mungil mereka banyak dihinggapi nyamuk. Selain nyamuk, mereka pun melihat banyak semut. Awalnya, anak-anak itu terlihat takut. Tapi, begitu melihat semut yang mampu berbaris rapi dan merambat di pohon, mereka kembali ceria.
Bukan hanya semut yang membuat mereka takjub. Mereka juga melihat beringin yang cukup besar, akarnya menjuntai dan menjalar ke mana-mana. Terlihat mata mereka berbinar serasa ingin bermain di bawan pohon itu, bergelayutan menarik akar pohonnya. Namun, keinginan mereka tidak kunjung terlaksana, karena awan hitam mulai menggelayuti langit. Mereka pun bersiap untuk kembali ke kelas.
Setelah empat puluh menit berlalu, anak-anak dan Pak Rafi’i kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, waktunya setiap kelompok mempresentasikan hasil temuan mereka. Luar biasa! Semuanya mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik, walau ada beberapa yang masih kelihatan gugup karena mereka belum terbiasa bicara di depan teman-temannya.
Inilah salah satu cara melatih anak-anak untuk tetap berani. Dalam proses pembelajaran, anak dilatih untuk berani berbicara, mengungkapkan pendapat, bertanya, menerima masukan dan kritikan dari teman-temannya ataupun guru kelasnya. Proses pembelajaran semacam ini harus dipupuk agar anak-anak didik kita bisa menjadi anak-anak yang berkarakter.
Itulah salah satu praktik manajemen kelas yang diterapkan dengan baik oleh guru. Terkadang memang perlu seorang guru membawa anak-anak didiknya untuk terjun langsung ke lapangan atau belajar di luar kelas. Terlebih lagi bila di dekat sekolah ada lingkungan yang memungkinkan menjadi tempat pembelajaran.
Di luar kelas anak-anak bisa melihat langsung bentuk-bentuk materi yang akan dipelajari. Selain itu, ada suasana baru yang mereka rasakan, situasi yang tentunya berbeda dengan belajar di dalam ruangan kelas. Di luar kelas anak-anak terlihat lebih bebas berekspresi, mengeksplorasi kemampuan mereka, tentunya tetap dalam bimbingan dan arahan guru kelasnya.
Dari pembelajaran di dalam dan di luar ruangan kelas dapat dilihat antusiasme belajar anak-anak. Akan tampak bahwa mereka terlihat lebih bersemangat bila belajar di luar ruangan kelas. Namun, sebenarnya guru pun bisa meningkatkan proses pembelajaran di dalam ruangan kelas serupa di luar ruangan kelas. Caranya dengan menggunakan bermacam model pembelajaran dan bantuan alat peraga. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Tutiek Mardiyati]