Bagaimana Menjaga Kebersihan Sekolah?

Bagaimana Menjaga Kebersihan Sekolah?

Masih ingat di kepala saya, hari itu, 6 September 2011, pertama kali saya bertugas di salah satu sekolah dasar di Tarakan (kini masuk dalam wilayah Kalimantan Utara). Sekolah tempat saya bertugas awalnya belum layak disebut ideal. Hingga akhirnya tiga bulan kemudian, sekolah ini berubah menjadi sangat bagus dan elok dilihat.

Dinding sekolah yang awalnya kusam dan hanya berwarna merah-putih kini berganti dengan paduan warna-warni menarik. Pagar sekolah yang semula kosong kini berpagar besi. Perubahan yang elok ini tentu membawa semangat baru buat para guru maupun siswa.

Salah satu semangat mereka berangkat dari satu tanya: bagaimana agar keindahan sekolah ini tetap terjaga? Jawaban yang mendasar adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, menyadarkan siswa untuk menjaga kebersihan tentu tidak mudah. Butuh konsistensi dari para guru untuk terus-menerus tanpa kenal lelah mengajari siswa untuk tidak membuang sampah. Maklum saja, namanya juga siswa sekolah dasar, terkadang hari ini dinasihati untuk menjaga kebersihan, pada hari esoknya melakukan lagi kebiasaan membuang sampah bukan di tempatnya.

Syukurnya, para guru di sana punya semangat tinggi dalam menanamkan kebersihan sekolah pada siswanya. Bila ada siswa yang didapati membuang sampah sembarangan, dia langsung ditegur dan diberikan arahan. Menegur dan mengarahkan siswa sudah tepat. Masalahnya, sampai kapan para guru terus mengawasi kebersihan sekolah? Saya ingin siswa, meskipun tanpa diawasi, sadar bahwa menjaga kebersihan (terutama membuang sampah pada tempatnya) itu penting.

Melaui rapat guru yang diadakan setiap bulan, dihasilkan keputusan untuk mengadakan lomba kebersihan kelas yang penilaiannya setiap bulan. Kelas yang meraih predikat juara mendapatkan piala bergilir yang dipajang di kelasnya. Alhamdulillah, cara ini ternyata cukup efektif hasilnya. Kini yang mengawasi kebersihan lingkungan sekolah tidak hanya guru, namun juga ketua kelas. Masing-masing ketua kelas ikut terlibat karena dorongan supaya kelasnya menjadi juara dan mendapatkan piala.

Meskipun kegiatan lomba kebersihan kelas berjalan baik, ternyata masih saja saya jumpai beberapa siswa yang membuang sampah di pojok kelas, dan bukan membuang di tong sampah. Alasan dari para siswa itu, mereka merasa tong sampah berjarak jauh. Mereka menginginkan adanya tong sampah yang ada di tiap-tiap kelas. Setelah berkoordinasi dengan para guru dan pihak sponsor program, dihasilkan satu putusan: memperbanyak tong sampah.

Dua hari berikutnya ruangan kelas sekolah telah memiliki tong sampah masing-masing; tong sampah kecil tersedia di dalam kelas, sedangkan tong sampah besar diletakkan di luar kelas. Setelah tersedia banyak tong sampah di tiap ruangan kelas, para siswa pun kini tak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Lingkungan sekolah di dalam kelas maupun di luar kelas sangat bersih. Sungguh suatu hasil yang sangat menggembirakan.

Kegembiraan saya dan guru tidak hanya di situ saja. Beberapa bulan berikutnya, rupanya secara diam-diam pihak Dinas Pendidikan Kota Tarakan mengadakan penilaian secara sembunyi-sembunyi tentang kebersihan sekolah dasar. Tanpa diduga-duga, sekolah kami meraih juara pertama SD terbersih se-Kota Tarakan. Saya, guru, dan siswa pun sangat gembira. Tapi di balik kemenangan ini, sudah menjadi tekad saya bersama para guru untuk terus berjuang menyadarkan para siswa agar terus menjaga kebersihan, terlepas apakah upaya itu dinilai atau tidak oleh Dinas Pendidikan. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Ade Agung Sahida]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares