Bagaimana Menjadikan Sekantong Pasir Berharga?

Bagaimana Menjadikan Sekantong Pasir Berharga?

Untuk mewujudkan Sekolah Ramah Hijau (Green School) butuh kerja bersama dan tekun. Di sekolah kami, sebuah sekolah dasar di Kabupaten Paser (Kalimantan Timur), semua warga sekolah bahu-membahu membuat taman dan kebun sekolah. Untuk taman sekolah sendiri ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum menanaminya; mulai dari mengangkat tanah untuk diisi ke taman sekolah, mengambil pasir dan pupuk kandang, hingga mencampur ketiga komponen ini dan menanami bunga.

Di taman sekolah kami, tanah harus dicampur dengan pasir karena tanah yang diisi ke taman adalah tanah merah. Jika tidak dicampur dengan pasir, ketika musim hujan tanah akan mengendap ke bawah. Jika tanah mengendap ke bawah, hasil tanaman kurang maksimal. Selain itu, usaha mencampur tanah dan pasir akan menghasilkan tanaman yang bagus, sebagaimana disarankan oleh petugas lapangan Badan Ketahanan Pangan setempat tatkala mengunjungi sekolah kami.

Sepintas memang mudah, mencampur tiga komponen kemudian menanami bunga untuk membuat taman sekolah. Akan tetapi, pada pelaksanaannya tidak semudah membayangkannya. Para guru harus melakukan beberapa trik untuk mengajak siswa tertarik membuat taman sekolah. Syukurnya, di sekolah kami memiliki guru pelajaran Pendidikan Lingkungan hidup (PLH) yang mau berkotor-kotoran dan bekerja keras. Tentu saja, beliau bekerja dibantu oleh guru yang lain.

Siswa kelas 4, 5, dan 6 ditugaskan mengangkat tanah ke depan kelas mereka masing-masing dengan dikoordinasikan oleh salah satu guru. Proses mengangkat tanahnya sendiri dilakukan beberapa kali. Pertama, saat siswa mempunyai pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di kelas. Berikutnya, sore hari seusai proses belajar mengajar.

Untuk mengambil pasir punya cerita menarik. Kebetulan sebagian besar masyarakat di sekitar lingkungan sekolah kami berpenghasilan dari menambang pasir. Bisa dikatakan bahwa pasokan pasir di lingkungan sekolah kami lumayan banyak. Masalahnya, untuk mengambil pasir tersebut dan memindahkannya ke taman sekolah kami tidaklah mudah. Lagi-lagi kami bersyukur ketika guru PLH mempunyai ide menarik untuk mengatasi masalah ini.

Siswa diajak berjalan-jalan di sekitar desa tempat sekolah kami berada. Esok harinya, setiap siswa diwajibkan untuk membawa pasir sebanyak satu kantong plastik yang sudah disediakan sekolah. Tidak hanya siswa, para guru pun wajib membawa pasir tersebut. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Tri Ertina Panjaitan]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares