Bagaimana Memberikan Contoh kepada Guru?

Bagaimana Memberikan Contoh kepada Guru?

Ada yang mengusik perasaan saya begitu mengamati sebuah sekolah dasar di Tanah Bumbu (Kalimantan Selatan). Display kelas! Melihat kelas satu per satu, semua display yang dipajang sudah usang. Tanpa berbasa-basi, saya menawarkan diri bantuan untuk memperbaikinya.

Mendengar tawaran saya, guru yang ada di hadapan saya pun tersenyum. Hanya tersenyum simpul, indah di mata, dekat di hati.  Sayangnya, seminggu kemudian, beliau belum bergerak juga. Saya kebingungan.

“Ibu, kapan mau mulai display-nya?” tanya saya.

“Mau, Ibu Fera, tapi bahannya tidak ada,” jawab ibu guru itu.

Akhirnya saya mengerti mengapa beliau hanya tersenyum saat sepekan sebelumnya. Saya bergegas mengecek alat-alat yang masih tersisa dari peninggalan Pendamping Sekolah sebelumnya. Memang sudah hampir habis, peralatan yang disediakan dulu, kecuali tinggal beberapa helai kertas. Saya pun langsung pergi membeli kertas yang ada. Memang tidak selengkap di kota, begitu mencari tersedia semua warna yang diperlukan. Bahan sudah tersedia, dan segera saja saya melapor ke guru yang sama bahwa bahannya sudah lengkap.

Seminggu kemudian, belum kunjung ada aktivitas. Saya tambah bingung.

“Ibu, kapan display-nya?” tanya saya.

Jawaban dari sang guru di luar sangkaan. Mendengar jawaban bahwa semester depan saja, serasa badan ini lemah lunglai. Tapi, saya tidak boleh menyerah. Melihat kondisi seperti ini, akhirnya saya putuskan untuk bergerak terlebih dahulu. Sewaktu duduk di bangku kuliah, pernah ada dosen yang berkata kepada kami di kelas, “Ingin memulai suatu kebiasaan itu memang harus dipaksa, terpaksa, dan terbiasa.”

Alangkah baiknya kita memaksa sambil memberi contoh dan mulai bergerak jika yang kita gerakkan belum bergerak. Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan mulai dari hal-hal yang kecil.

Pertama, saya meminta izin guru tersebut untuk ikut belajar di kelas. Saya mengamati karakter peserta didik, pelajaran apa yang digemari, serta display apa saja yang sudah dipasang. Setelah selesai mengamati, saya melakukan perencanaan display pada lembar perencanaan.

Kedua, pada kesempatan ini saya kembali meminta izin ke guru yang sama untuk mengisi kelas dalam kurun waktu 30 menit saja. Dalam momen ini, saya memanfaatkannya untuk kegiatan display.

Peserta didik dibagi per kelompok (bisa juga individu). Memberikan pengantar materi sebentar, demonstrasi, dan kerja kelompok yang ditulis di Lembar Kerja Siswa (LJK). Sebelum mengerjakan di LJK, saya memberikan beberapa kertas untuk dibentuk menjadi sebuah buku.

Peserta didik mengerjakan soal di lembaran tersebut yang nantinya akan ditempel di papan display. Waktu pun habis, kegiatan display dilanjutkan keesokan harinya. Setelah peserta didik asyik dengan tugasnya, saya dibantu guru kelas memasang background serta bingkai untuk display di ruang kelas tersebut. Cukup lebar dan luas papan yang terpasang. Peserta didik selesai, saya mengulas sedikit tentang tugas yang diberikan, dan menempelkan hasil kerja peserta didik pada papan display.

Ciri-ciri dan karakteristik guru pada satu sekolah dengan sekolah yang lain tentu tidak sama. Saya mencoba untuk memberikan alternatif saja di sini. Apabila segala cara sudah dilakukan tapi ternyata tidak berhasil, maka saya mencoba memberikan contoh terlebih dahulu.

Alhasil, seminggu kemudian, guru tersebut menyapa, “Bu Fera, saya sudah buat ini, tapi nanti dibantui nempel ya?” Hati saya tak karuan senangnya. Saya langsung menjawab lantang dengan senyuman termanis yang mampu saya berikan.

Keesokannya kami berupaya bersama merangkai display yang menarik. Saya tidak menyangka bahwa buatan beliau sangatlah menarik dan berseni. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Fera Arista Wardani]

One thought on “Bagaimana Memberikan Contoh kepada Guru?”

  1. Yosi Gumala says:

    Sangat inspiratif bisa dipraktekab juga disekolah saya terimakasih.salam sukses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares