Bagaimana Melatih Kedisiplinan Guru?

Bagaimana Melatih Kedisiplinan Guru?

Mendengar kata ‘disiplin’, tebersit sebuah beban berat. Namun, bagi saya pribadi, disiplin itu bukan tentang berat atau ringan beban, melainkan soal mau atau tidak. Jika saja semua orang berpikir mau dan bisa, maka dia akan mencobanya. Menarik, bukan?

Ada yang bilang disiplin itu merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan makna katanya saja, disiplin tidak hanya menarik tapi juga mulia. Dengan demikian, orang yang disiplin itu juga mulia.

Jika sampai saat ini saya bisa dikatakan sebagai orang yang disiplin, itu semua tidak lepas dari didikan orangtua dan guru-guru yang pernah mengajarkan arti pentingnya kedisiplinan. Berdasarkan pengalaman saya, didikan guru di sekolah itu sangat membantu bagi siswa utuk membentuk karakternya pada masa yang akan datang, termasuk dalam hal kedisiplinan. Dari sini saya coba mengurai sedikit mengenai guru yang disiplin, bagaimana guru itu dapat disiplin baik dalam segi kehadiran masuk dan pulang, ataupun dari kehadiran dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Peran dari leader sekolah, yaitu kepala sekolah, menjadi hal yang utama untuk penegakan kedisiplinan guru.

Seorang kepala sekolah yang mampu memberikan contoh yang baik dalam hal kehadiran, ternyata memberikan efek yang cukup signikan dalam kedisiplinan kehadiran guru di sekolahnya. Ketika terlibat dalam Program Pendampingan Sekolah di salah satu sekolah, sering kali saya mendapati kehadiran guru dalam laporan bulanan berkisar 40-60 persen. Setelah kepala sekolah di sekolah tersebut berganti, nilai kehadiran guru meningkat menjadi lebih baik, berada di atas 85 persen!

Kenapa kedisplinan di sekolah tersebut bisa meningkat drastis? Ternyata perbaikan tersebut ada karena kepala sekolah mampu memberikan contoh yang baik dalam hal kehadiran di sekolah. Beliau dapat hadir lebih awal dan pulang lebih akhir. Secara umum, guru sebagai follower dari kepala sekolah, akan merasa segan, malu, dan tidak enak jika pimpinannya saja mampu disiplin sementara diri mereka tidak. Sang kepala sekolah berusaha membangunkan kesadaran guru-guru dengan memberikan contoh yang baik. Sehingga, ketika beliau memotivasi guru untuk disiplin, tidak ada umpatan-umpatan dalam hati guru semisal: “dia saja tidak disiplin!

Ada kalanya penegakan kedisiplinan itu memerlukan reward dan punishment. Bukti ampuhnya saya temui di sebuah sekolah dasar di Kutai Timur (Kalimantan Timur). Kepala sekolah ini sukses membuat guru menjalankan kedisiplinan dalam kehadiran dan pembelajaran di kelas. Selama dua tahun diamanahi Makmal Pendidikan mengelola Program Pendampingan, sering saya dapati nilai kedisiplinan guru 100 persen.

Bapak Jamaluddin, kepala sekolah di SD ini, mampu memberikan aturan yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru-guru. Aturan tersebut adalah pemotongan gaji insentif guru jika datang terlambat atau pulang tidak sesuai jamnya. Tentu aturan yang dibuat ini bukan serta-merta beliau yang memutuskan, melainkan hasil rapat dengan dewan guru. Peranti dari aturan ini berupa buku presensi kehadiran guru. Buku ini harus diisi oleh setiap guru setiap harinya dengan dikontrol langsung oleh Kepala Sekolah atau petugas piket. Berbeda dengan praktik di banyak sekolah lainnya, buku presensi di sekolah ini mampu dioptimalkan penggunaannya untuk mengontrol kehadiran guru.

Sekolah mampu menerapkan aturan yang baik agar guru dapat menjadi pribadi yang disiplin. Selain dengan buku presensi, setiap Kamis seusai pelajaran sekolah berakhir, Kepala Sekolah memimpin rapat untuk melakukan rapat pekanan. Dalam rapat pekanan ini Kepala Sekolah maupun guru melakukan evaluasi selama sepekan terhadap beberapa kejadian di sekolah, termasuk evaluasi kedisiplinan guru dan siswa.

Selain dengan penegakan aturan yang telah disepakati, peningkatan kedisiplinan guru juga dapat dilakukan melalui pendekatan personal guru. Melalui pendekatan ini kita dapat mengetahui yang menjadi kendala atau penyebab guru susah untuk disiplin. Seorang kepala sekolah, sekali lagi, memegang peranan penting sebagaimana dijumpai pada sosok Bapak Jamaluddin. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Abdullah]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares