Bagaimana Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Guru?

Bagaimana Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Guru?

Setiap orang memiliki watak dan karakter yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut bukan berarti membenarkan adanya anggapan bahwa sebagian guru itu ada yang ditakdirkan kreatif ataupun tidak. Sebuah anggapan yang sering dijadikan dalil bagi sebagian besar guru untuk tidak kreatif. Padahal, guru kreatif adalah salah satu penentu dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kelas ataupun materi pelajaran yang dikelola oleh seorang guru kreatif dapat menyenangkan hati anak didik dan melahirkan antusiasme mereka saat belajar. Ruang kelas ataupun materi pelajaran tidak lagi menjadi hal yang membosankan, tapi justru sebaliknya selalu menimbulkan rasa senang dan ingin tahu. Oleh karena itu, menjadi guru kreatif adalah target mutlak yang harus dicapai oleh seorang guru yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi bangsa.

Sebagai Pendamping Sekolah, saya ditugasi untuk menjadikan guru-guru di sekolah sebagai guru kreatif. Saya ditempatkan di sebuah sekolah dasar negeri di Luwu Timur (Sulawesi Selatan). Sebagai penyandang predikat sekolah unggulan di Luwu Timur, tentunya sekolah telah meraih segudang prestasi dari adanya kreativitas guru maupun siswa. Terlebih lagi bahwa sekolah ini telah berada pada tahun ketiga pendampingan, sehingga tak diragukan lagi para guru telah banyak mendapatkan tips dan trik menjadi guru kreatif. Meskipun demikian, ini bukan berarti tugas saya sebagai Pendam ping Sekolah tidak ada lagi. Saya masih berkewajiban untuk dapat meningkatkan kreativitas para guru.

Ada tiga hal yang saya tekankan untuk dapat meningkatkan kreativitas guru di sana.

Pertama, menuntun mereka untuk selalu berpikir inovatif. Jiwa yang kreatif terlahir dari sebuah pemikiran guru yang selalu ingin berinovasi, sehingga selalu bervariasi dalam memberikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Begitu pula dalam menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Salah satu bentuk kreativitas adalah adanya “papan bicara”, sebuah tempat pengumuman yang terbuat dari tutup cat yang telah diwarnai. Alhamdulillah, kreativitas ini menginspirasi salah seorang guru dalam memanfaatkan barang-barang bekas. Maka, terciptalah berikutnya pot bunga unik dari jeriken bekas atau ban mobil bekas, serta pagarpagar kecil taman dari botol air mineral bekas.

Kedua, mengajar dengan cara menyenangkan. Saya menyarankan adanya pemberian reward kepada peserta didik yang berprestasi. Hasilnya, terdapat papan kedisiplinan siswa yang ditempel di dalam kelas. Papan ini berisi segala tingkah laku dan prestasi yang dimiliki siswa dalam kelas. Jika siswa menjawab atau tepat waktu mengerjakan soal, dia akan mendapatkan bintang emas. Sebaliknya, jika malas atau nakal, dia akan mendapatkan bintang hitam.

Hasil lain dari pembelajaran menyenangkan adalah adanya guru yang sangat piawai dalam mengelola kelas. Beliau mampu membuat siswa aktif dan antusias belajar meskipun berhadapan dengan kelas yang umumnya gaduh dan sulit diatur. Saya pun biasa memanggilnya dengan sebutan “Ibu PAIKEM”. Selain segi pembelajaran, display kelasnya juga variatif dan full colour. Beliau sangat kreatif mendesain ruang kelas menjadi kelas yang menarik dan tidak membosankan. Beliau ternyata sangat mahir memanfaatkan internet, ditambah lagi dengan kemauan dan semangat yang tinggi untuk memajukan prestasi sekolah.

Ketiga, mendorong para guru untuk selalu belajar dan belajar. Guru kreatif bukanlah sosok yang mudah puas dengan hasil yang telah dicapainya, melainkan sosok yang selalu siap menerima krititik dan saran yang membangun. Dalam hal ini saya memprogramkan pemberian coaching kepada para guru dan pelatihan yang diadakan tiap caturwulan. Dari hasil coaching dan pelatihan tersebut saya berharap dapat memotivasi mereka untuk terus belajar dan belajar.

Itulah tiga hal yang saya upayakan untuk meningkatkan kreativitas para guru. Saya menyadari bahwa ketiga hal tersebut dapat berjalan dengan baik karena adanya pendekatan dan koordinasi yang intensif dengan kepala sekolah. Selain itu, saya juga selalu berusaha melakukan pendekatan dan banyak sharing dengan para guru saat jam istirahat. Tidak lupa, saya selalu menempatkan diri sebagai bagian dari keluarga sekolah. Maksudnya, saya selalu berbaur dan membantu pekerjaan guru, turut serta dalam setiap kegiatan sekolah, menerima masukan maupun kritikan dari para guru, serta turut andil dalam pencapaian visi-misi sekolah.

Tentunya banyak suka maupun duka yang terasa selama pendampingan ini. Namun, tetap saja terasa indah menyaksikan sekolah yang hidup, guru-guru yang semangat, siswa yang punya segudang prestasi, dan rasa kekeluargaan yang membuat betah untuk terus memberi perbaikan. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Muslimin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares