Kelas Tiga Tercinta

Kelas Tiga Tercinta

Memang tidak mudah mengubah tabiat anak yang terbiasa suka berjalan-jalan, berlarian, atau berteriak-teriak di kelas. Demikian juga anak yang senang menulis di lantai, naik di meja dan kursi, keluar-masuk kelas, atau suka bolos.

Inilah kondisi awal yang saya dapati dari siswa kelas 3 SD Inpres Timika II, Mimika (Papua). Sebuah kendala yang cukup berat namun menantang untuk saya hadapi. Untungnya, di sekolah saya ada program pendampingan yang diadakan PT Trakindo Utama dan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa.

Berawal dari curhat ke sesama guru dan berkonsultasi dengan Pendamping Sekolah, terbentuklah Kelompok Kerja Guru (KKG) kelas. Sebelum membentuk KKG kelas, kami terlebih dahulu meminta persetujuan Kepala Sekolah dan orangtua murid. Ternyata orangtua murid sangat antusias sekali dengan penjelasan kami tentang tujuan dibentuknya KKG kelas ini.

Di dalam KKG ini kami membahas dan menyepakati prosedur dan peraturan kelas, seperti cara duduk yang baik, bertanya dan menjawab, izin ke kamar kecil, makan dan minum di teras kelas, membuang dan memungut sampah, hingga kerapian berseragam. Kami ingin anak-anak didik bisa mengerti dan paham cara menjaga kebersihan, kesehatan, dan kedisiplinan.

Suatu hari saya kaget melihat anak-anak kelas 3 yang berbaris di depan kelas. Tidak seperti biasanya, pakaian mereka rapi, rambut yang perempuan diikat, kaos kaki dan sepatunya juga bersih. Padahal, saat itu bukan hari Senin.

“Anak-anak mau ke mana, kok rapi dan bersih?” Tanya saya. “Biar saya semangat belajar toh, Mam!” Sahut seorang siswa. ‘Mam’ itu sebutan untuk ibu guru mereka.

“Biar sehat, Mam!” Seru yang lain. “Saya semakin ganteng kalau rapi, iya tidak teman-teman?” Itulah jawaban khas anak-anak.

“Kok sepatunya juga bersih? Dicuci ya di rumah?” Tanya saya lagi.

Seorang anak menjawab, “Tidak toh, Mam, tapi kami semir dan ada yang dilap pakai kain karena hujan. Takut tidak kering kalau dicuci!”

Saya tersenyum melihat perubahan mereka. Hati saya jelas bangga. Ternyata apa yang saya sampaikan selama ini mereka dengar dan jalankan. Kini anak-anakku sudah mulai mandiri, aktif, dan tidak malu-malu di kelas. Mereka juga sangat dekat ke saya melebihi orangtuanya. Dan satu hal lagi yang membuat saya bangga: kelas 3 ini terpilih menjadi kelas percontohan dan kelas model!

Sekarang kelas ini penuh dengan hasil karya anak-anak. Ada yang mengarang puisi atau pantun, ada pula yang membuat keterampilan dari barang bekas. Sungguh luar biasa anak-anak ini. Dan di kelas ini juga terpampang bintang yang diperoleh anak-anak. Mereka bersaing untuk memperoleh bintang terbanyak. Sengaja saya merangkai bintang-bintang berbahan kertas itu di kelas dengan tujuan memotivasi siswa untuk belajar, rajin ke sekolah, berdisiplin, menjaga kerapian dan kebersihan diri, serta berani tampil di depan umum. Siswa yang memiliki bintang terbanyak, pada akhir semester akan menukarnya dengan hadiah yang sudah saya siapkan.

[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Mediana S]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares