Bagimana Menangani Siswa Berkebutuhan Khusus?

Sejak memegang kelas 1B SD Inpres Timika II, Mimika (Papua), saya terfokus kepada siswa bernama Aulia Wardani.
Aulia tregolong anak berkebutuhan khusus. Selain bicaranya tidak jelas, ia juga memiliki pendengaran yang sangat kurang. Jika kami bernyanyi bersama-sama, Aulia suka memukul-mukul meja. Untungnya, teman-teman Aulia sudah paham keadaannya.
Sebagai guru kelasnya, saya biasa menggunakan bahasa isyarat bila berkomunikasi dengan Aulia. Saat meminta Aulia untuk diam, saya meletakkan jari di depan mulut. Begitu pula ketika bernyanyi, saya menggunakan gerakan tangan agar ia mengerti apa yang saya maksud sehingga bisa kompak dengan temantemannya.
Lain lagi dalam pembelajaran. Awalnya Aulia menuliskan setiap tulisan saya di papan tulisan. Mengikuti persis apa yang tertulis. Padahal, yang saya tulis sering berupa soal-soal yang seharusnya ia jawab. Persoalan berikutnya, tulisan Aulian juga susah dibaca orang lain, termasuk saya. Akhirnya saya menuliskan di dalam bukunya agar Aulia Wardani bisa menulis.
Beberapa waktu kemudian, Aulia Wardani bisa mengikuti apa yang saya inginkan. Terlepas dari keterbatasannya, Aulia tergolong siswa yang sangat rajin datang ke sekolah. Semangatnya untuk terus belajar sudah mulai tertanam. Tinggal butuh sentuhan kesabaran dan kreativitas wali kelas ataupun gurunya agar potensi Aulia tumbuh berkembang menjadi anak yang hebat dan luar biasa.
[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Sitty Muliaty]