Cerdas Dengan Perpustakaan Sekolah

Cerdas Dengan Perpustakaan Sekolah

Awal masuk ke SDN 2 Maluk, Sumbawa Barat (Nusa Tenggara Barat), saya diamanahi menjadi guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dan Muatan Lokal (Mulok) dari kelas 1 sampai dengan kelas 3.

Saat pertama kali masuk ke SDN 2 Maluk, saya mengenal ada program pendampingan sekolah yang diadakan PT Trakindo Utama dan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Seingat saya, saat itu bertepatan dengan bulan kesepuluh dari pendampingan.

Selama menjadi guru honor di SDN 2 Maluk, banyak hal yang saya dapatkan dari program pendampingan ini. Pelajaran terbaik, sekaligus pemandangan terbaik, yang saya peroleh dan rasakan adalah bantuan ceruk ilmu di setiap kelas. Adanya ceruk ilmu membuat anak-anak betah di kelas dengan menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan saling bercerita.

Karena itu, ceruk ilmu membantu program guru dalam meminimalkan waktu siswa bermain. Bantuan buku yang ada membuat para siswa semakin betah di ruang kelas serta mampu meningkatkan minat baca siswa.

Sayangnya, setelah sekian lama berjalan, saya melihat siswa tidak terlalu aktif seperti sedia kala. Ternyata, menurut mereka, semua buku yang ada di lemari ceruk ilmu telah dibaca. Maklum, koleksi bukunya memang belum begitu banyak. Belum lagi hilangnya sebagian koleksi buku akibat kurangnya pengawasan yang ketat oleh guru kelas.

Saat yang sama, perpustakaan sekolah juga terlihat belum dimanfaatkan secara optimal. Koleksi buku bacaan dan pelajaran yang ada di perpustakaan kebanyakan berupa edisi lama. Penataannya pun tidak beraturan. Akibatnya, perpustakaan kurang memiliki daya tarik untuk dikunjungi siswa dan guru.

Mulai Tahun Ajaran 2013/2014, Kepala Sekolah mengambil kebijakan untuk mengembalikan pelajaran SBK dan Mulok ke guru kelas masing-masing guna menutupi kekurangan jam mengajar. Saya sebagai guru honorer mengajukan diri, meminta kebijakan Kepala Sekolah untuk diamanahi menjadi pegawai perpustakaan.

Menjadi pegawai perpustakaan ternyata bukanlah hal yang sepele karena banyak persoalan administrasi yang perlu dilengkapi dan disempurnakan. Selain itu, bertanggung jawab membuat perpustakaan agar dapat diberdayakan oleh siswa dan guru sebaik mungkin.

Tantangan awal saya sebelum mengundang siswa aktif ke perpustakaan adalah membersihkan ruang perpustakaan agar menarik minat siswa dan guru untuk berkunjung. Saya pun mengatur buku-buku lama yang sudah tidak layak dibaca, baik karena rusak berat, ringan, ataupun tidak layak dibaca karena perbedaan kurikulum.

Langkah berikutnya, saya mengatur buku-buku yang telah ada menurut nomor buku. Saya juga mencari bantuan beragam buku bacaan dari beberapa pihak untuk menambah koleksi baru. Tak kalah pentingnya adalah menata ruang perpustakaan yang dibuat semenarik mungkin.

Guru-guru juga saya mintai bantuan dan dukungannya untuk banyak menggunakan dan melibatkan perpustakaan pada saat proses belajar mengajar. Sebab, perpustakaan telah menyediakan alat-alat peraga dan kumpulan buku-buku pelajaran yang baru dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Banyak hal lainnya yang perlu dikembangkan di perpustakaan. Antara lain mengatur jadwal piket pengurus. Pengurus diambil dari perwakilan kelas 4 dan 5.

Senyampang berjalannya program pendampingan, budaya kelas literasi tetap harus dijalankan. Hadirnya kembali bantuan buku dari Makmal Pendidikan, ditambah pembelian buku-buku baru dan sumbangan berbagai pihak, menambah koleksi perpustakaan sekolah. Siswa pun berbondong-bondong datang setiap ada jadwal kelas membaca. Informasi dari mulut ke mulut soal bertambah dan beragamnya koleksi perpustakaan amatlah membantu. Dampaknya, setiap hari perpustakaan selalu ramai dipenuhi pengunjung, baik yang membaca di tempat ataupun yang meminjam buku.

Sejauh ini, peran perpustakaan sebagai gudang ilmu yang mampu mencerdaskan anak didik sudah tercapai. Bukan saja siswa yang betah di perpustakaan, melainkan juga guru-guru yang banyak memanfaatkan perpustakaan, baik saat jam sekolah maupun bukan, baik sekadar untuk membaca maupun menambah referensi mengajar. Bahkan perpustakaan digunakan untuk tempat pembuatan display kelas, diskusi kelompok, mencari tugas mandiri, serta tempat pengembangan kreativitas siswa, seperti membuatan majalah dinding.

[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Arjuna]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares