Pembelajaran Guru Kreatif

Pembelajaran Guru Kreatif

Selama menjadi guru, begitu banyak pergumulan yang saya hadapi. Tetapi, saya berusaha mengambil hikmah pengalaman-pengalaman tersebut. Salah satunya menghadapi anak yang sering telat datang ke sekolah.

Awal Tahun Ajaran Baru biasanya anak didik saya begitu bersemangatnya ke sekolah. Pagi-pagi benar mereka sudah tiba di sekolah karena senang menghadapi hal-hal baru. Jarang ditemui —bahkan tidak ada— siswa yang terlambat tiba di sekolah. Namun, seiring waktu, mereka mulai terlambat ke sekolah.

Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka terlambat tiba di sekolah, di antaranya malas bangun pagi, telat makan dan mandi, dan menonton televisi terlebih dulu seusai bangun pagi. Semua sebab ini saya ketahui setelah saya berbincang-bincang dengan mereka yang terlambat.

Setelah saya mengetahui penyebabnya, saya pun berkomunikasi dengan orangtua mereka. Karena saya sadar, saya tidak mampu melakukannya perubahan sendiri. Saya sangat mengharapkan kerja sama dari orangtua anak didik saya. Dan saya bersyukur karena mereka ternyata mau bekerja sama.

Selain berkomunikasi dengan orangtua, saya juga memberikan reward kepada anak didik saya. Ini saya lakukan agar mereka termotivasi untuk melakukan hal-hal yang baik. Reward yang saya berikan di antaranya adalah bintang emas, bintang senyum, bintang hitam. Masing-masing bintang tersebut mempunyai arti yang telah didiskusikan terlebih dahulu dengan anak didik saya. Bintang emas berarti anak-anak sudah mampu melakukan hal-hal yang baik atau berdisiplin.

Misalnya datang tepat waktu, berani bertanya, dan berani ke depan kelas. Bintang senyum diberikan ketika siswa melakukan hal-hal yang baik, semisal mengerjakan PR dan membuang sampah pada tempatnya. Adapun bintang hitam diberikan ketika siswa melakukan hal-hal yang kurang baik; misalnya berkelahi, datang terlambat, dan tidak mengerjakan PR.

Dengan penerapan reward, terjadi perubahan di kelas saya. Banyak anak didik saya yang ingin mendapatkan bintang emas dan bintang senyum. Lambat laun sudah tidak ada lagi siswa yang terlambat tiba di sekolah. Mereka pun rajin mengerjakan PR yang saya berikan. Bila saya lupa memberikan bintang hitam kepada siswa yang harus menerimanya, sontak seisi kelas berteriak. “Bu, itu si Ari (nama samaran) terlambat, kasih bintang hitam, Bu.”

Menjadi seorang guru bukan hanya untuk mengajar, melainkan juga untuk memikirkan dan melakukan hal-hal kreatif sehingga anak didik tidak bosan dan jenuh belajar. Justru sebaliknya, mereka termotivasi untuk melakukan hal-hal yang positif tanpa harus kita yang selalu berteriak.

Untuk itu, mari kita tinggalkan pola mengajar yang lama, apalagi sekarang ini sudah berlaku Kurikulum 2013 yang menempatkan guru hanya menjadi fasilitator dan siswalah yang harus aktif.

Wahai rekan-rekan guru, kreatiflah dalam menyusun pola pembelajaran sehingga menyenangkan anak didik kita. Akhir kata, saya ingin mengajak semua guru, “Marilah kita menjadi motivator bagi anak didik kita!”

[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis:  Satriaugust P.]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares