Hidroponik Kami

Sejak April 2014 sekolah kami, SDN 40 Pangkalpinang (Bangka Belitung), mempunyai kekhasan lokal, yakni penanaman dengan sistem hidroponik. Kami menerapkan hidroponik karena lahan sekolah yang sempit dan sulitnya mendapatkan tanah yang baik. Pak Amir, selaku koordinator, terus berusaha belajar dan bertanya ke sana ke mari mengenai cara menjalankan penanaman dengan sistem ini.
Setelah desain dirancang, kami segera memanggil tukang untuk membuat rak-rak. Selesai rak dibuat, kami mulai menyemai bibit sawi dan juga bayam sebagai uji coba pertama. Awalnya bibit kami semai di tanah biasa. Setelah batang dan daunnya keluar sedikit, kami pindahkan tanaman itu ke wadah air mineral gelas yang berfungsi sebagai tempat penanaman. Siswa sangat antusias membantu memindahkan dan menanamkan kembali pada media gelas yang sudah dilubangi bagi an bawahnya dan diisi dengan spon.
Mungkin karena kami terlalu dini memindahkannya, selang beberapa hari tanaman-tanaman tersebut layu dan mati. Kami tak mau menyerah. Bersama-sama kami menanam bibit dan memindahkannya ke media ketika sudah agak besar dan dirasa kuat untuk dipindahkan.
Ternyata usaha kedua kami masih belum juga berhasil. Setelah dua kali mencoba dan belum berhasil, kami mencoba untuk mendatangkan ahlinya yang kebetulan tetangga salah satu guru. Setelah dilihat, ternyata pupuk yang kami gunakan sebagai campuran di air masih salah. Akibatnya, tanaman selalu saja layu dan mati. Setelah membeli pupuk baru, kami mencoba lagi.
Usaha kami yang ketiga ini cukup berhasil. Tanaman tumbuh besar, namun masih layu. Penyebabnya kali ini ternyata seringnya pemadaman listrik di wilayah Pangkalpinang. Akibat pemadaman, mesin pemutar air sering mati dan secara otomatis sirkulasi air tidak berjalan. Padahal, sirkulasi air ini bagian penting dalam metode penanaman hidroponik. Karena tidak berjalan lancar, wajar saja sayur yang kami tanam masih banyak yang layu.
Lagi-lagi kami tak mau menyerah. Kami masih mencoba dan terus mencoba sampai akhirnya berhasil sekali panen. Hasilnya lumayan meski belum sesuai harapan. Tentu saja kami akan terus mencoba kembali metode penanaman ini sampai berhasil. Sehingga, kekhasan lokal sekolah kami ini bisa membanggakan sekolah.
[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Annisa Rizkiyandini]