Pendampingan Yang Mengubah

Berubah sudah tampilan SD Inpres 44 Klamalu, Sorong (Papua Barat). Sekolah kami yang semula kumuh dan semrawut, mulai tampak bersih, indah, dan rapi. Dengan warna khas PT Trakindo Utama—selaku penyandang dana program—tampak cerah sekolah kami oleh siapa pun yang memandang. Sedikit-banyak perubahan ini mendorong kami untuk mau mengubah pola pikir dalam mengelola sekolah. Dalam hal ini saya bersyukur dengan kehadiran Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa yang turut pula memajukan pendidikan di sekolah kami.
Pertengahan Oktober 2011 pertama kalinya para guru SD Inpres 44 dan guru perwakilan satu gugus di Distrik Mariat memperoleh pelatihan manajemen berbasis sekolah dari Makmal Pendidikan. Kami sangat bersyukur adanya pelatihan dan pendampingan berkala ini. Memang terus terang saya cukup prihatin lantaran tidak semua guru merespons kegiatan yang menurut saya sangat baik ini untuk kemajuan dan perbaikan mutu mereka sendiri. Untungnya, yang enggan meningkatkan kemampuan diri ini hanya beberapa gelintir oknum; selebihnya, menyambut gembira program tersebut.
Banyak ilmu yang saya peroleh selama pendampingan dan mengikuti pelatihan. Pada tahun kedua saya bersama Ibu Eni Surani diberi kesempatan langka untuk mengikuti pembelajaran guru terbaik yang dilaksanakan di Jakarta. Hasil yang didapat selama mengikuti kegiatan sangat banyak dan begitu membekas pada saya. Sejak saat itulah saya bercita-cita untuk berusaha sekuat kemampuan saya mengubah kebiasaan saya dalam melakukan pembelajaran di sekolah maupun di mana saya berada.
Saya bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi kenikmatan itu. Manfaat susulan dari kegiatan di Jakarta itu kembali saya rasakan setelah dinyatakan lulus mengikuti uji kompetensi fasilitator UNICEF. Tahun 2013 saya juga lulus mengikuti uji kompetensi Guru Inti di Regional 2 Makassar. Saat ini saya terpilih sebagai Narasumber Nasional untuk Kurikulum 2013.
Sejak mendapatkan program pendampingan pada 2011, sekolah kami segera mengubah dan memperbaiki diri. Guru-guru juga memosisikan diri sebagai suri teladan yang baik. Karena kami sadar, pengetahuan memang penting, tetapi sikap moral dan keterampilan jauh lebih penting. Untuk itu, kami membiasakan diri bersikap ramah, sopan, dan lembut, baik dalam bertindak maupun bertutur kata, baik terhadap sesama rekan guru maupun kepada peserta didik.
Memang membiasakan hal baru itu tidaklah mudah. Namun, kami selalu mencoba dan melakukannya. Peserta didik pun berangsur-angsur mau mengubah sikap dan perilaku mereka. Sopan santun dalam berbagai tindakan dan perilaku dari waktu ke waktu semakin meningkat.
Sayangnya, beberapa peserta didik masih kesusahan mengaplikasikan pesan-pesan kami, baik saat di sekolah maupun saat berada di rumah. Sikap dan perilaku sebagian peserta didik itulah yang terkadang menjengkelkan para guru. Bagi saya, ini sebuah ladang tantangan bagi guru untuk membuat siswa menjadi baik dalam bersikap.
Guru perlu menyadari bahwa tiap siswa memang tidak sama keadaannya. Mereka memiliki latar belakang dan kondisi lingkungan rumah yang beragam. Maka, kelebihan dan kelemahan pada peserta didik itu niscaya. Di sinilah peran guru sebagai pembimbing. Untuk dapat menjadi pembimbing yang baik, guru harus mampu mengembangkan potensi potensi yang ada pada dirinya.
Terima kasih kami ucapkan kepada PT Trakindo Utama dan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa, yang telah berjasa besar memajukan pendidikan di sekolah kami. Terkhusus bagi saya pribadi, kedua lembaga ini telah banyak membantu menyadarkan saya tentang peran penting para pendidik dalam memajukan generasi masa depan di Papua Barat.
[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Imam Safi’i]