Jaringan Adalah Aset Sekolah

Ketika program green school digulirkan di SDN Lalareun Ibun Bandung. Saya sebagai pendamping sekolah selalu menjadi tempat pertanyaan para stake holder sekolah tentang dana yang diberikan kepada sekolah. Sebisa mungkin saya terbuka dengan warga sekolah tentang program green school.
Dari awal saya sudah berbicara kepada pihak sekolah, bahwa Program green school yang diselenggarakan oleh kantor saya tidak memberikan bantuan berupa uang, namun bantuan yang diberikan merupakan pelatihan dan barang yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sekolah.
Beberapa guru mengeluh kepada saya karena fasilitas sekolah masih ada yang kurang dan tidak dimasukkan ke dalam item program Sekolah Berwawasan Lingkungan. Item tersebut adalah paving blok untuk halaman sekolah.
Ketika saya bersama para guru berada di kantor, tiba-tiba angin datang dengan kencang ke halaman sekolah, orang Lalareun biasa menyebutnya dengan angin puyuh. Para guru dan siswa langsung menutup semua jendela dan pintu kelas masing-masing, termasuk saya dan guru melakukan hal yang sama, yakni menutup jendela dan pintu kantor sambil melihat pusaran angin di halaman sekolah.
Debu-debu dan sampah beterbangan di halaman sekolah, kami semua khawatir jika angin akan menyapu bersih sekolah kami. Namun, hal itu tidak terjadi. Angin puyuh reda setelah mengamuk selama kurang lebih lima menit di halaman sekolah.
“Inilah yang kami hadapi Pak Irman,” ucap seorang guru kepada saya. “Oleh sebab itu, kami sebetulnya membutuhkan paving blok untuk halaman sekolah agar tidak terjadi hal-hal seperti yang barusan terjadi Pak Irman.” Lanjut guru tadi.
Sebagai pendamping sekolah, saya pun merasa iba dengan kondisi seperti ini. Di kala musim kemarau melanda, saya membayangkan para siswa akan kesulitan bermain di halaman sekolah karena halaman sekolah berdebu. Bisa saja angin mengumpulkan debu tersebut dan masuk ke hidung anak anak dan para guru.
Akhirnya saya berkata kepada para guru, “Bapak, Ibu Guru, mari kita sama-sama berdoa agar sekolah ini mendapat bantuan paving blok. Mudah-mudahan ada perusahaan lain yang ingin membantu sekolah ini. Saya yakin, jika kita semua berdoa dengan ikhlas, doa kita akan dijawab oleh Allah. Kita ini hanya makhluk kecil, Bapak Ibu Guru, tapi Allah Mahakaya dan Mahasegalanya.”
Begitu saran saya kepada para guru. Ketika pelatihan kedua akan dilaksanakan di sekolah SDN Lalareun, dan yang menjadi trainer-nya adalah Bapak Zayd Sayfullah, saya mengirimkan surat undangan ke PT. Pertamina Geotermal Energy Area Kamojang untuk memberikan motivasi dan pandangan Pertamina terkait program Sekolah Berwawasan Lingkungan kepada para guru peserta pelatihan.
Di hari pelatihan, Manager Pertamina Bapak Asep Rudaya, selaku manajer layanan umum, datang ke sekolah untuk memberikan motivasi dan berbagi ilmu tentang geothermal kepada para guru peserta pelatihan. Setelah beliau selesai memberikan ceramah, saya meminta kepada salah satu guru dan kepala sekolah untuk langsung berbicara tentang masalah paving blok ke bapak Asep Rudaya. Inilah kesempatan bagi para guru untuk menyampaikan keluhannya langsung kepada donaturnya.
Saya meminta kepada para guru dan kepala sekolah untuk berbicara kepada manajer PT. Pertamina dengan jujur menyampaikan keadaan sekolah ini. Saya minta pula agar sekolah menjaga komitmen dengan PT. Pertamina jika permintaan bantuan paving blok itu disetujui untuk sekolah ini. Alhamdulillah, ketika hal itu disampaikan dengan baik oleh para guru dan kepala sekolah, manajer Pertamina langsung memberikan tanggapan positif.
Setelah itu, saya meminta kepada kepala sekolah untuk langsung datang ke kantor PT. Pertamina di Kamojang dengan didampingi beberapa guru. Saya ingin agar sekolah pun mengetahui kantor donaturnya serta untuk meningkatkan kerjasama yang baik pada masa yang akan datang. Saya sengaja mengajak para guru dan kepala sekolah karena saya tahu, SDN Lalareun memiliki komitmen tinggi dalam hal pengembangan sekolah.
Pada awalnya kepala sekolah tidak bersedia untuk datang ke kantor PT. Pertamina. Namun saya mengatakan kepada beliau bahwa inilah kesempatan sekolah ini untuk dikenal oleh perusahaan. Dan bisa jadi, suatu saat PT. Pertamina akan menjadikan sekolah ini menjadi lebih baik dengan program lainnya.
Saya katakan bahwa membangun jaringan itu merupakan sebuah asset berharga bagi sekolah. PT. Pertamina merupakan asset sekolah jika sekolah mau membangun kerjasama dengan Pertamina. Setelah selesai meyakinkan kepala sekolah dan menyatakan bersedia untuk datang, akhirnya kami beserta para guru datang ke PT. Pertamina.
Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh Manager PT. Pertamina Bapak Asep Rudaya. Setelah menyampaikan rasa terima kasih, kami pun juga menyampaikan permasalahan sekolah yang belum memiliki halaman yang layak untuk para siswa kepada pihak direksi Pertamina. Akhirnya, Pertamina berjanji akan segara mengirimkan paving blok beserta pasir. Namun, untuk biaya pemasangan ditanggung oleh sekolah.
Sekarang, para siswa dan guru tidak perlu khawatir lagi ketika angin puyuh datang. Sebab, halaman sekolah sudah terpasang paving blok. Inilah sebuah pelajaran berharga bagi saya dan para guru bahwa doa memiliki kekuatan yang luar biasa besarnya. Dan yang terpenting adalah kejujuran. Kejujuran dan doa berbuah paving blok di sekolah kami.
[Disalin dari Buku “Sekolahku Hijau, Sekolahku Memukau”, DD Press. Penulis: Irman Parihadin]