Perubahan untuk Guru Kreatif

Perubahan untuk Guru Kreatif

Atas pertimbangan jarak yang dekat dengan tempat tinggal, aku memilih SDN 35 Pao-pao sebagai tempat praktik kerja lapangan (PKL). Tiga bulan lamanya aku menjalani PKL hingga penarikan kembali oleh pihak kampus. Perasaanku saat itu sangatlah sedih karena harus berpisah dengan Kepala Sekolah dan guru-guru. Terlebih lagi harus berpisah dengan murid-murid yang setiap harinya memberiku rasa bahagia bermain dan belajar bersama.

Tahun ajaran baru 2003 aku dipanggil kembali oleh Kepala Sekolah untuk mengabdi di SDN 35 Pao-pao sebagai tenaga honorer. Tanpa gaji sepeser pun karena pada saat itu belum ada program dana BOS ataupun dana gratis. Semua ini kujalani dengan perasaan senang apalagi pada saat itu aku dipercaya untuk mengajar kelas 1, kelas awal yang membutuhkan lebih banyak bermain ketimbang belajar serius.

Satu tahun kemudian terbuka penerimaan guru kontrak untuk guru honorer di Dinas Kabupaten Maros dan, alhamdulillah, aku termasuk salah seorang yang lulus setelah mengikuti seleksi. Yang lebih membuatku bahagia lagi karena aku lulus dan tetap ditempatkan di SDN 35 Pao-pao. Setelah satu tahun kujalani sebagai guru kontrak, penerimaan calon pegawai negeri sipil pun terbuka dan alhamdulillah akhirnya aku resmi diakui oleh negara sebagai seorang guru dengan tercantumnya namaku di koran sebagai salah satu pendaftar yang lulus.

Tiga tahun kujalani sebagai pendidik tiba-tiba muncul perasaan bosan, jenuh, capek dan yang semacamnya dengan kegiatan yang setiap harinya kulakukan begitu-begitu saja. Ditambah lagi dihadapkan dengan masalah-masalah siswa yang kurang rajin ke sekolah dengan berbagai alasan. Siswa yang susah menerima pelajaran di dalam kelas, siswa yang menjadi korban akibat perceraian orangtua, siswa yang dipaksa oleh orangtua untuk mencari uang dengan menjual bunga di perkuburan atau juga dipaksa untuk mencari barang-barang bekas untuk dijual kembali, rasanya semua masalah itu ikut membuatku stres dan tidak tahu cara mencari solusinya.

Akhir 2010 aku mendapatkan secercah harapan untuk bisa menemukan solusi atas masalah-masalah yang selama ini kuhadapi dengan adanya pendampingan di sekolahku atas kerja sama Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa dan PT Trakindo Utama. Ternyata pikiranku itu benar dan terbukti dengan adanya pelatihan-pelatihan yang setiap tiga bulan sekali diberikan.

Akhirnya perlahan-lahan masalahku bisa kuatasi sedikit demi sedikit. Salah satunya masalah siswa yang jarang ke sekolah. Siswa itu dipaksa oleh bapaknya untuk ikut ke terminal menjual es lilin buatan ibunya. Ketika barang jualannya habis, bapaknya pun mengharuskan ia untuk ikut mengangkat barang di terminal. Puji syukur, setelah masalah ini kuangkat dan didiskusikan bersama Kepala Sekolah, guru pendamping, dan teman-teman guru lainnya, hanya dalam waktu kurang lebih satu jam akhirnya kutemukan solusinya.

Setelah bertemu orangtuanya, kami bersepakat untuk mengizinkan siswa tersebut menjual es lilin di sekolah pada saat jam istirahat. Dia tetap bersekolah dan saat yang sama tetap ada uang pemasukan untuk keluarganya. Saat itu tak terasa air mataku membasahi pipi karena perasaan senang dan terharu. Sejak saat itu aku tak pernah lagi merasa stres jika menemukan masalah dalam kelas atau yang menyangkut para siswaku. Bahkan aku merasa setiap hari tertantang untuk selalu memberikan yang terbaik dan berkesan bagi para siswa agar mereka pun selalu bersemangat untuk ke sekolah setiap harinya.

Begitu berkesannya setiap pelatihan-pelatihan yang diberikan sampaisampai aku terpacu untuk berbuat sesuatu berbeda hingga aku pun mendapat ide dengan mencoba mengubah sebuah lagu anak berjudul Cangkul-cangkul. Ayo kawan kita belajar menuntut ilmu setinggi langit Ambil bukumu, ambil pulpenmu kita belajar sambil bernyanyi.

Hore……..hore……..

Hore, hore, hore

Yessssss

Sejak saat itu akhirnya aku sering mengubah lagu seperti lagu Anak Gembala, Naik-naik ke Puncak Gunung, Pelangi-pelangi (berisi nama-nama planet), Lihat Kebunku (berisi nama-nama bulan dalam setahun), Harus Terpisah (berisi satuan panjang), dan Cicak Rowo (berisi rumus-rumus bangun datar), dan masih banyak lagi lagu lainnya yang menjadi lagu penyemangat sebelum belajar.

Selain mengubah beberapa buah lagu, aku pun membiasakan mendongeng atau bercanda ria (humor) di dalam kelas baik itu sebelum ataupun saat pelajaran berlangsung, sebagaimana ilmu yang kudapatkan dari pelatihan bersama Makmal Pendidikan.

Aku menyadari bahwa dengan adanya pendampingan di sekolahku semuanya pun menjadi berubah. Tentunya berubah menjadi lebih baik, terkhusus bagi kami semua tenaga pendidik yang mengajar di SDN 35 Pao-pao, juga guru-guru sekolah lain di Kecamatan Mandai yang kami libatkan.

[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 2”, DD Press. Penulis: Asriani]

One thought on “Perubahan untuk Guru Kreatif”

  1. Eha Zulaeha says:

    guru hebat,di buktikan dengan IDE kreatifnya..luaar biasa..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares