Berani Melawan Grogi

Selama sekolah kami mendapat Program Pendampingan Sekolah dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa dan PT Trakindo Utama, guru-guru banyak mendapatkan bimbingan dan pengembangan mutu. Salah satu agenda yang rutin dilaksanakan adalah dengan mengadakan pelatihan setiap tiga bulan sekali. Melalui pelatihan, kami mendapat bimbingan bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap anak didik agar tidak bosan dalam mencerna pelajaran.
Setiap pelatihan yang kuikuti banyak hal yang sangat bermanfaat. Tapi, entah mengapa, selalu ada perasaan takut untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiranku ini. Perasaan selalu takut salah dan malu, meskipun yang ingin kuungkapkan itu sebenarnya benar, tapi terasa seperti tertahan di dalam dada.
Awalnya setiap pelatihan berlalu begitu saja. Terkadang hanya dua atau tiga hari saja hasil pelatihan yang kudapatkan bisa diterapkan dalam pembelajaran. Kadang memang timbul rasa jenuh namun Pendamping Sekolah selalu membimbing dan memberi motivasi tanpa bosan dan selalu sabar menghadapi kami semua.
Masih sama yang kurasakan, setiap hari kulalui dengan datang mengajar anak-anak dan memberi pelajaran. Setelah itu lalu pulang tanpa merasakan suasana hati yang nyaman. Semakin hari, perasaan jenuh bercampur kesal mungkin karena di sekolah kadang-kadang anak-anak membuat kesal yang membuat hati serasa sudah penuh dengan masalah. Setiap hari rasanya selalu ada saja masalah baru yang tidak pernah tahu ujungnya.
Pada suatu hari, tepatnya 26-27 Februari 2013, diadakanlah pelatihan Dasar-dasar Public Speaking. Tiba-tiba aku merasa bahwa hasil pelatihan ini lebih terasa dibandingkan pelatihan-pelatihan sebelumnya. Tampaknya materi pelatihan inilah yang selama ini kucari-cari. Pada saat itu tiba-tiba muncul perasaan lebih berani mengeluarkan pendapat. Aku lebih percaya diri berpendapat walaupun tidak ditunjuk. Tangan ini spontan saja mengacung dan mengajukan pendapat dan pertanyaan.
Aku sebenarnya paling takut jika harus tampil di hadapan orang banyak. Rasa grogi atau demam panggung selalu menghantui, tapi pada waktu itu aku mengajukan pertanyaan dengan berani. Trainer pun memberikan jawaban sekaligus memotivasi keberanianku yang tiba-tiba muncul. Aku bahkan tampil mewakili kelompokku untuk membawakan pidato singkat tanpa ada teks atau rencana sebelumnya!
Sejak saat itu aku menjadi lebih percaya diri, terlebih di depan siswa-siswaku. Aku mulai mengajarkan anak-anak cara bermain sambil belajar seperti tebak kata berantai yang membuat mereka menjadi bersemangat dan senang mengikuti pelajaran tanpa rasa jenuh dan bosan. Aku mengajak anak-anak didik bernyanyi sebelum belajar dan memberikan motivasi dengan bermain sambil belajar. Kadang-kadang aku memberikan cerita atau mendongeng sebagai motivasi agar mereka merasa siap menghadapi pelajaran.
Bagiku, masa lalu menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Aku harus memperbaiki kelemahanku demi membuat anak-anak senang dengan yang kuajarkan. Bagiku dengan adanya pelatihan Dasar-dasar Public Speaking, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi semua anak didik dan menjadikan mereka cerdas literasi.
[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 2”, DD Press. Penulis: Sri Rahayu]