Letter Forselves; Surat Untuk Diri

Oleh: Irani Soraya (Guru SMART Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa)
Ada banyak cara yang kami gunakan dalam pelajaran di SMART adalah sebuah upaya eksplorasi diri, upaya refleksi dan muhasabah diri. Saya mengingat bahwa dalam perkembangan remaja saya di tahun 1990-an metode refleksi dan muhasabah diri biasanya dilakukan guru menjelang ujian EBTA/EBTANAS, atau UN di tahun 2000-an. Sebuah upaya dari generasi yang lebih tua dalam membangun kesadaran akan memanfaatkan waktu luang dan waktu remaja dengan lebih bertanggung jawab.
Salah satu yang saya apresiasi benar adalah metode yang dilakukan Ustadzah Syahtria selaku pengampu mata pelajaran PD atau Pengembangan Diri.
Judulnya adalah “Letter Forselves”, atau surat untuk diri, ungkapan yang mengingatkan kita akan buku yang ditulis oleh penulis kesayangan Oprah Winfrey yaitu Maya Angelou. Maya Angelou bisa disebut sebagai seorang “awakening writers” penulis yang membangkitkan, kata-kata yang ditulisnya bukan semacam kata-kata para motivator penulis buku-buku motivasi populer, kata-katanya memiliki kekuatan untuk kita (terutama wanita), penerimaan diri yang positif dan pemaafan akan masa lalu. Salah satu kutipan dari buku “Letter for My Daughters” adalah “do the best until you know better, when you know better, do better”.
Salah satu cara yang dilakukan ustadzah Syahtria adalah dengan meminta siswa SMART menulis surat. Surat ini harus berisi tujuh paragraf. Dan paragraf pertama dimulai dengan kata: “untuk diriku”.
Inilah beberapa hasil tulisan siswa kelas 9.
“Untuk diriku, hidupmu menjadi lebih baik dengan selalu berbagi. Dengan berbagi hidup kita akan damai. Dengan berbagi hidup kita akan menjadi berarti. Misalnya berbagi ilmu kalian. Bisa juga kalian membagi harta kepada orang yang membutuhkan, maka dari sekarang cobalah berbagi.
Berbagi waktu juga akan bermanfaat, masa lalu juga ingin diingat, maka luangkan waktumu sebentar untuk mengingat masa lalumu, karena masa lalumu akan menjadi cerminan masa depanmu. Waktulah yang paling penting untuk dibagi, karena dengan membagi waktu kamu akan merasa sukses. Sukses adalah sebuah pilihan, jadi jika ingin sukses cobalah bagi waktumu.
Untuk diriku, hidupmu menjadi lebih baik dengan menghargai masa lalu, masa lalu kalian jangan pernah dilupakan. Masa lalu adalah kenangan manis dan pahit kita selama hidup kita, jatuh dan bangkitnya juga akan menjadi bagian masa lalu. Sudahkah kalian luangkan waktu untuk kembali mengingat memori masa lalu?
Untuk diriku, hidupmu menjadi lebih baik dengan melihat hal-hal positif di dunia ini. Mengingat masa lalu, berbagi dengan sesama. Itu adalah hal positif yang patut kita lakukan. Dengan mengingat kita akan membuat sejarah dan dengan melupakan kita juga akan membuat sejarah.
Jadi mulailah dari sekarang melakukan hal positif, apa yang kamu lakukan hari ini akan kamu rasakan di kemudian hari. Dengan artian apa yang kamu lakukan di masa lalu tentu akan kamu rasakan manfaatnya saat ini. Berbagi juga begitu, dimulai dengan mencoba untuk bahagia di setiap hal yang kita lakukan.
Apapun yang akan kalian lakukan jangan lupa bahagia, apapun yang kalian coba harus bahagia. Percayalah dengan berbagi, kita akan merasa bahagia, walau kita harus menunggu 1000 tahun lamanya tapi percayalah jika kita mengingat masa lalu sebagai avun dan tak takut tuk mencoba dan berbahagia maka kita semua akan sukses”. (Ananda AF, 15 tahun, asal Sumatera Utara)
Dalam tulisan diatas ananda mencoba memahami arti mengingat masa lalu bagi masa depannya. Sebagaimanaa kita ketahui bersama bahwa 198 siswa SMART dipilih dari 28 provinsi dan melalui sebuah proses panjang seleksi. Salah satunya adalah seleksi tingkat kedhuafaan. Kami menyadari bahwa beberapa siswa SMART yatim, piatu atau yatim piatu, sementara yang lainnya berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah. Salah satu modal utama bagi siswa SMART untuk bisa berubah dan sukses di masa pendidikannya adalah kesadaran mendalam akan pemahaman dirinya sendiri.
Kita tak bisa memilih orang tua seperti apa yang akan kita dapatkan saat lahir ke dunia ini. Kita tidak bisa memilih di negara apa atau bahkan tiap centimeter warna kulit kita. Tapi satu hal yang kita bisa lakukan adalah Allah memberikan kita anugerah bernama kehendak bebas, ya dengan kekuatan kehendak bebas manusia bisa memilih akan menjadi apa dalam hidupnya dan akan menggunakan hidupnya seperti apa. Apakah akan menjadi manusia egois yang melulu mencari keuntungan bagi dirinya, ataukah akan menggunakan hidupnya untuk tujuan welas asih, membagi waktu, berbagi kebahagiaan pada sekitarnya, itulah kuasa manusia bernama pilihan. Wallahu a’lam bish-showab. []