Ini Sekolahku, Mana Sekolahmu?

Oleh: Mulyadi (Guru SMART Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa)
Pertengahan 2016 setelah Idul fitri, saya mendapat panggilan untuk bisa bergabung di sekolah ini. Ketika itu, saya ditanya oleh kepala sekolah apa yang saya ketahui tentang sekolah ini. Saya hanya bisa menjawab “tidak tahu”, karena memang walau cukup dekat dengan rumah syaa, sangat jarang yang tahu kalau tempat ini adalah sekolah. Karena memang tidak pernah terlihat aktivitas hilir mudik dan keluar-masuk siswa seperti sekolah pada umumnya. Di hari itupun saya baru tahu kalau ternyata sekolah ini adalah sekolah berasrama, pantas saja sekolah ini tidak pernah terlihat aktivitas siswa keluar-masuk.
“Tak Kenal Maka Tak Sayang”, mungkin itu sebuah perumpaan yang sering kita dengar, maka dengan berjalannya waktu saya mulai mencari tahu bagaimana sistem sekolah ini. Poin pertama yang saya dapat dari sekolah ini adalah kehetrogenannya sangat luar biasa di beberapa aspek. Heterogen didalam sebuah sekolah umumnya lebih banyak pada sektor kognitif, apektif, dan psikomotorik siswa, dimana di dalamnya terdapat berbagai siswa dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, yang membuat guru harus bisa membuat sebuah pelajaran yang menyenangkan.
Namun di sekolah ini keheterogenan tidak hanya pada sisi kognitif, apektif, dan psikomotorik saja. Sekolah ini memiliki keberagaman suku di dalamnya. Seluruh siswa bukan berasal dari lingkungan sekitar sekolah, melainkan mereka dari berbagai daerah di Indonesia yang diseleksi secara ketat untuk bisa masuk di sekolah ini. Jadi ketika di dalam kelas, guru harus bisa menguasai karakter dari setiap siswanya yang berasal dari berbagai daerah tersebut, dan karakter ini masih murni menjadi ciri khas dari setiap siswa.
Poin kedua, sekolah ini tidak berbayar. Ketika pemerintah belum lama ini menggratiskan biaya sekolah untuk beberapa jenjang, sekolah ini sejak 2004 sudah menggratiskan seluruh biaya pendidikannya. Sekolah ini tidak memungut sepeserpun biaya pendidikan dari siswa, sejak pendaftaran, seleksi, masuk, sampai nanti mereka lulus. Semuanya gratis. Kok bisa?
Ya, sekolah ini adalah sekolah bebas biaya yang diperuntukkan untuk kaum kaum marginal yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Lantas dari mana biaya operasional sekolah ini? Yang utama adalah dari dana ZISWAF yang dihimpun oleh Lembaga ZISWAF Dompet Dhuafa. Sekolah ini dibangun Dompet Dhuafa memang diperuntukkan bagi kaum marginal, untuk mengentaskan masalah pendidikan, untuk memudahkan akses mereka dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing global.
Poin ketiga, fasilitas yang lengkap. Dompet Dhuafa tidak membuat sekolah ini menjadi sekolah biasa saja, tapi menjadi sekolah berstandar nasional, dengan akreditasi A, dan ISO yang dimiliki. Sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, ruang belajar yang nyaman, laboratorium dengan segala peralatanya, fasilitas olahraga dan ibadah yang memadai, area yang nyaman dengan nuansa hijau, dan asrama untuk mereka tinggal.
Poin empat, diisi oleh siswa-siswa yang cerdas dan berprestasi. Ketika kita memasuki gedung utama sekolah ini, kita akan disajikan berbagai tropi kejuaraan berjajar dengan rapi, baik di bidang akademik maupun non-akademik, dari tingkat kabupaten hingga nasional.
Poin kelima, sekolah ini menerapkan sistem SKS, dan merupakan sekolah pertama di Kabupaten Bogor yang menerapkan sistem SKS sejak 2016. Di saat pergantian sistem akselerasi ke SKS, sekolah ini langsung ikut serta, apa yang membedakan sekolah SKS dan sekolah biasa? Dalam sekolah dengan sistem SKS, jika siswa mampu menuntaskan semua pelajaran dalam dua tahun, maka dia diperbolehkan mengikuti ujian kelulusan. Namun jika tidak, ya mereka tetap lulus dalam tiga tahun. []