Mendulang Berkah Dari Sampah

Pada pelatihan hari ketiga, saya merasa senang. Sebab, pada hari itu akan diadakan praktek pembuatan bahan kreasi dari sampah atau sampah organik dan non-organik. Pagi sekali saya bersama para guru sudah siap di tempat pelatihan yang dipandu oleh pendamping sekolah Bapak Irman. Jam 9 pagi pelatihan dimulai dengan pengarahan dan sambutan dari kepala sekolah dan Perwakilan dari PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang.
Setelah selesai pengarahan dan sambutan, tibalah saatnya pemateri menyampaikan berbagai isu yang berkaitan dengan masalah sampah yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini. Pengisi materi yaitu Ibu Nina dari Greena Bogor menyampaikan bahwa sampah itu merupakan berkah jika kita mau mengubah pola pikir negatif kita terhadap sampah itu.
Pada saat ini masyarakat menganggap sampah itu sebagai sebuah musibah dan barang yang tidak bisa diberdayakan lagi. Karenanya, dimana-mana kita bisa melihat sampah bertebaran. Di sungai, kali, dan jalan-jalan sering kita lihat sampah seolah melambaikan tangan kepada kita minta segera diberdayakan. Dari pelatihan ini saya menjadi sadar betapa pentingnya mengelola sampah agar bisa menjadi berkah.
Seteleh materi disampaikan, Ibu Nina meminta kami untuk membuat kelompok. Kelompok saya kebagian materi cara membuat tas pensil dari bahan bekas bungkus kopi. Satu kelompok lagi membuat dompet dari bahan bekas mie instan. Sebetulnya saya pun sudah pernah melakukan hal seperti ini, yakni membuat taplak meja dari bekas bungkus kopi. Namun, membuat tas dari bekas bungkus kopi belum saya lakukan.
Pemateri pun meminta salah satu asistennya untuk membimbing kami dan mengajarkan cara membuat barang-barang tersebut. Secara detail asisten ini meminta saya untuk menggunting bekas bungkus kopi ini menjadi bentuk persegi panjang, kemudian dilipat menjadi beberapa bagian. Setelah dilipat, kemudian kami diperlihatkan untuk menganyam bekas bungkus kopi tadi menjadi rangkaian lurus.
Setelah membuat beberapa rangkaian, kemudian kami diajari bagaimana cara menjahit dan menyambungkan anyaman tadi sehingga jadi seperti kain. Dari situ, kami diarahkan kembali untuk menyulamnya secara hati-hati. Dengan penuh telaten dan sabar, para trainer itu terus mengajari kami sampai kami bisa membuat tas pensil dari bahan bekas.
Sampai sore, saya sudah berhasil merampungkan satu tas pencil. Pengalaman ini membuat saya bersemangat untuk membuat inovasi baru dari bahan-bahan bekas. Pelatihan kali ini membuat saya senang. Saya bertekad akan menularkan hasil dari kreasi ini kepada anak-anak didik saya dan juga masyarakat sekitar.
Mimpi saya adalah memiliki workshop pembuatan kerajinan dari bahan daur ulang sampah, dan menularkan inovasi ini kepada para siswa dan masyarakat. Sebab, sampah itu merupakan bahan baku yang banyak tersedia, mudah didapat, dan gratis. Ketika sampah sudah disulap menjadi aneka kerajinan, maka ketika dijual, dia akan bernilai ekonomis tinggi. Sampah itu sebenarnya membawa berkah jika kita mau berpikir.
[Disalin dari Buku “Sekolahku Hijau, Sekolahku Memukau”, DD Press. Penulis: Titin Hartini]