Alviena dan Sekolah Hijau

Alviena dan Sekolah Hijau

Sosok mungil dan imut serta berpembawaan energik itu baru berusia sebelas tahun. Vina biasa teman-temannya memanggil—nama lengkapnya Alviena. Nama itu sa ngat akrab didengar, baik di telinga para siswa maupun para guru. Hampir semua guru memperbincangkan tingkah laku anak yang satu ini.

Maklum, dia merupakan siswa yang energik di sekolah SDN Kamojang ini. Selain itu, Vina juga memiliki prestasi yang membanggakan untuk sekolahnya. Piala-piala yang pernah ia raih berjajar rapi di sekolahnya. Piala-piala itu adalah hasil jerih payahnya dalam mengharumkan nama SDN Kamojang di Kecamatan Ibun melalui beragam lomba olahraga. Tidak hanya itu, prestasi belajarnya juga membanggakan; peringkat pertama atau kedua adalah langganannya.

Meski sosoknya mungil, pembawaan Vina sangat energik dan kritis. Jiwa kritisnya ini sering dijadikan bahan diskusi para guru di sekolah. Misalnya, dia selalu menegur seseorang yang antara ucapan dan perbuatannya tidak sesuai. Hal lainnya, jika ada sesuatu yang tidak dia pahami, dia akan sering sekali bertanya. Saat duduk kelas 4, dia sering menangis jika nilainya lebih kecil dari teman-teman sekelasnya.

Jiwa kritis dan energik yang dia tunjukkan, membuat sang wali kelas 6, yakni Ibu Ita Rosita, memberinya tugas sebagai ketua kelas dan koordinator pengumpulan barang-barang bekas. Bagi Ibu Ita Rosita, Vina sudah bisa bertanggung jawab ketika diserahi tugas oleh gurunya. Selain itu, oleh para gurunya, dia dipandang memiliki jiwa kepemimpinan yang cakap sehingga bisa membawa teman-temannya untuk terus belajar.

Ketika program Green School diluncurkan di sekolah ini—kebetulan Vina akan meninggalkan sekolah karena harus melanjutkan ke jenjang berikutnya—dia pernah berujar, “Pak, saya tidak ingin melanjutkan ke SMP, saya masih betah di SD.” Sungguh, pernyataan itu sangat mengharuskan. Wajar jika Vina mengatakan seperti itu karena selama program Green School berjalan, Vina sangat sibuk dengan aktivitas penghijauan dan pengumpulan sampah anorganik yang bisa dijual ke pengepul.

Inilah yang membuat saya sebagai Pendamping Sekolah optimis bahwa sekolah ini siap untuk dijadikan Sekolah Berwawasan Lingkungan karena memiliki siswa seenergik dan secerdas Vina, juga guru-guru yang tidak kenal lelah untuk terus memberikan arahan kepada para siswa agar selalu menjaga sekolah ini dari kerusakan.

Hampir tiap minggu anak-anak kelas 6—di bawah arahan Vina—mengumpulkan sampah. Setelah sampah terkumpul, mereka memisahkan dan mengelompokkannya secara rapi. Ada sampah botol, kardus, dan kertas. Menurut Vina harga botol dan kardus berbeda jika dijual ke pengepul sampah. Dan hasil dari penjualan sampah itu bisa dimanfaatkan untuk operasional sekolah, salah satunya adalah membeli alat pemanas dan pendingin air (dispenser).

Dispenser yang berada di kelas 6 merupakan hasil jerih payah para siswa dengan mengumpulkan, memilah, dan menjual sampah anorganik. Saya jadi teringat sebuah tulisan yang dipajang di depan kelas 6: “Sampah Itu Membawa
Berkah”. Dan slogan itu akan terus mereka bawa hingga mereka dewasa kelak, hingga sampah yang oleh sebagian orang dianggap musuh bisa membawa keberkahan bagi mereka.

Selain hal di atas, yang membuat Vina ini ingin tetap berada di sekolah ini adalah suasana sekolahnya yang bersih, rapi, indah, dan hijau sehingga sangat nyaman untuk dijadikan tempat belajar. Hampir semua kelas dan kantor memiliki tanaman yang beragam. Tidak hanya itu, cat tembok kelas yang berwarna-warni semakin membuat suasana belajar semakin menyenangkan.

Mengingat pernyataan si mungil Vina akan keengganannya meninggalkan SDN Kamojang, membuat saya bersyukur bahwa program Green School ini telah membawa sedikit perubahan bagi sekolah ini. Vina adalah tunas bangsa yang perlu untuk terus dibina, dibimbing, dan diarahkan karena dia dan Vina-Vina lainnya adalah tongkat estafet bangsa ini di masa depan. Vina, selamat berjuang di sekolah lanjutanmu, semoga SDN Kamojang bisa terus meraih prestasi-prestasi yang membanggakan. Amin.

[Disalin dari Buku “Hijau Hebring di Kamojang”, DD Press. Penulis: Irman Parihadin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares