Semua Bermula Dari Disiplin

Disiplin merupakan kemenangan. Sekolah maju akan ditandai dengan adanya kedisiplinan. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak sekolah yang menghargai nilai-nilai kedisiplinan. Kedisiplinan yang tertanam mulai dari diri sendiri hingga nilai-nilai kedisiplinan yang sifatnya kolektif. Kita bisa lihat negara Jepang, mereka telah memberikan bukti bahwa budaya kedisiplinan pada permulaan pembangunan negaranya, memberikan banyak dampak yang jelas dan tegas pada seluruh dunia, bahwa negara Jepang yang tadinya sudah tidak memiliki kekayaan apapun dapat berdiri sendiri untuk mengawali bangsanya menjadi negara berpengaruh dalam peradaban dunia. Kemajuan teknologi yang dimiliki oleh negara Sakura ini, selain diawali dengan adanya perhatian pada pendidikan juga dilengkapi dengan dibudayakannya peduli terhadap nilai-nilai kejujuran, bersih dan disiplin. Tiga budaya ini yang membawa bangsa Jepang diakui eksistensinya di mata internasional.
Bangsa Indonesia dapat memulai membangun peradabannya dengan mencontoh pada negara-negara sukses dalam menumbuhkembangkan kemandirian seperti Jepang bahkan lebih dari Jepang sekalipun. Untuk itu, pendidikan yang memiliki kontribusi untuk kemajuan peradaban, sudah semestinya diperhatikan dalam segala aspek. Seperti SDM pendidik yang berkualitas, infrastruktur yang memadai, mentalitas guru, hingga paradigma guru terhadap arti penting sebuah pendidikan. Ditambah dengan manajemen sekolah yang profesional dalam membangun sekolah menuju sekolah berkualitas.
Kita pasti bangga menjadi bangsa yang berpengaruh. Dan kita pasti bangga jika pendidikan kita menjadi mercusuar bagi pendidikan di dunia. Idealisasi yang begitu ideal dalam memajukan pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mungkin tidak terealisasi. Semuanya akan bergerak dan berubah menjadi suatu negasi akan sangat mungkin terjadi, jika dalam diri kita sebagai insan pendidik memiliki mentalitas kuat dalam menghadapi segala rintangan dan beban untuk keluar dari berbagai masalah pendidikan.
Namun dari segala permasalahan yang bermunculan, apakah itu berupa sistem pendidikan, infrastruktur hingga pengalokasian dana yang tidak berimbang dalam pendidikan, tidak begitu berpengaruh bagi kita semua insan pendidik jika kita memiliki pandangan kedepan. Artinya, kita tidak sibuk melihat kebelakang ketika akan memulai perubahan dalam memajukan pendidikan. Kita dapat memulai dari hal yang sederhana dan tidak memerlukan pengeluaran uang banyak. Tetapi hasilnya dari yang sederhana dapat memberikan dampak atau pengaruh kuat pada semua lini kehidupan.
Tindakan sederhana tersebut berupa kedisiplinan. Mari kita lihat mengapa kedisiplinan ini dapat memberikan dampak yang begitu maha dahsyat dalam suatu perubahan. Kita ambil salah satu kasus tentang global warming. Semuanya terjadi dan berawal dari kurangnya dan bahkan tidak adanya kedisiplinan dalam melakukan penebangan pohon, membuang sampah, hingga proses pembuangan limbah yang tidak sesuai dengan prosedur. Kejadian tersebut berdampak pada ketidakstabilan lingkungan dan cuaca. Dari contoh tersebut, jelas hal sederhana berupa kedisiplinan dapat berdampak maha dahsyat dalam keberlangsungan hidup umat manusia.
Untuk itu, sama halnya dalam dunia pendidikan, arti penting kedisiplinan menjadi faktor penentu suatu sekolah dapat maju atau tidak. Sistem yang baik dalam membangun dan memajukan sekolah tidak akan memberikan jaminan sukses jika masalah kedisiplinan masih dianggap tidak penting.
Nilai-nilai kedisiplinan sudah seharusnya dan sepantasnya ditempatkan menjadi budaya sekolah yang wajib ditaati oleh siapapun tanpa memandang perbedaan. Karena dengan menempatkan secara proporsional sesuai porsinya, maka akan membantu dalam pembentukan karakter siswa dan guru yang bertanggungjawab untuk memajukan sekolah. Dan dari disiplin juga dapat memberikan cerminan bahwa suatu sekolah memiliki budaya tinggi dalam pengembangan karakter siswa dan guru. Karena dari kedisiplinanlah akan terbentuk keperibadian warga sekolah sangat menghargai ketertiban dan keteraturan dalam melakukan perubahan-perubahan besar. Yakinlah, perubahan tidak dapat diraih jika kedisiplinan masih dianggap sepele.
Keberhasilan suatu sekolah dalam menerapkan kedisiplinan merupakan benih-benih proses pada pembentukan karakter bangsa. Karena kedisiplinan yang diawali dari sekolah merupakan bukti adanya pembentukan kedisiplinan yang sifatnya kolektif. Yakni dimulai dari Kepala sekolah yang memberikan contoh kedisiplinan, kemudian diikuti oleh jajaran dewan guru, sampai pada tingkat penuh sukarela para siswa menjalankan kedisiplinan sebagai siswa.
Negeri ini terlalu lama menyandang gelar krisis kepemimpinan bahkan krisis kepercayaan. Negeri ini telah begitu sengsara untuk mendengarkan nyanyian ketidakberdayaan dari kaum marginal yang begitu sempitnya mendapatkan peluang pendidikan yang layak. Banyak kaum miskin disekitar kita yang tersudutkan karena ulah para pemimpin yang indisipliner dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Kondisi ini memicu semakin tidak dipercayanya sebuah kepemimpinan di setiap lini kehidupan. Bahkan nyaris terbentuknya rasa apatis hanya untuk sekedar mendengarkan visi dan misi dari sebuah kepemimpinan karena fakta secara nyata sering memberikan bukti yang berbeda terbalik dengan kondisi awal sebelum menjadi seorang pemimpin.
Kepalsuan dalam menjalankan status seorang pemimpin merupakan dampak dari tidak berkahnya suatu kepemimpinan. Kepalsuan tersebut diakibatkan karena kedisiplinan dianggap sebagai suatu hal yang tidak penting. Mereka menjabarkan kemajuan suatu pendidikan hanyalah faktor akademik saja. Hal ini tidak bisa disangkal, masih segar dalam ingatan kita kasus “Menyontek Massal Anak SD di Pulau Jawa” kemudian di blow up secara besar-besaran oleh media massa. Respons beragam pun bermunculan atas kasus tersebut. Ada yang memberikan sikap protes tidak menyetujui, ada yang apriori bahkan ada yang memprotes dan mengecam orangtua siswa yang melaporkan kejadian contek massal ke lembaga hukum.
Kondisi ini memberikan cerminan, bahwa perspektif pendidikan yang berkualitas masih mengedepankan nilai-nilai kolektif toleransi yang sangat salah dalam menginterpretasikan sebuah kemajuan. Kita masih terjebak pada sebuah asumsi bahwa kemajuan pendidikan berarti sama dengan kemajuan nilai-nilai akademik siswa. Tanpa memperhatikan bagaimana cara membentuk seorang siswa agar bermental dan berkarakter hanif (baik) berdasarkan agama dan juga nilai-nilai yang berkembang di lingkungan masyarakat. Semuanya berjalan dengan hawa nafsu kekerdilan dan tidak berani dengan tegas bahwa kemajuan tidak sama dengan permainan angka di raport.
Bangsa ini memerlukan jiwa-jiwa pendidik yang bertanggung jawab dalam mendidik anak bukan bertanggung jawab pada kemajuan angka-angka statistik yang (dianggap) dapat menunjukkan kemajuan suatu sekolah. Ketika seorang pendidik dapat bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak dari yang tadinya tidak baik menjadi baik, dari yang tadinya tidak mengetahui nilai-nilai kejujuran menjadi tahu nilai-nilai kejujuran dan dari yang sebelumnya tidak mengetahui nilai-nilai kebersihan menjadi paham dan mau hidup bersih sampai pada siswa yang tadinya tidak mengenal bahkan tidak mengerti akan nilai-nilai kedisiplinan, menjadi tahu dan mau melaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam menjalankan kedisiplinan.
Krisis kepercayaan dan krisis kepemimpinan semestinya tidak harus terjadi jika kedisiplinan sudah membudaya dan berakar dengan sempurna di setiap sekolah. Kenapa sekolah? Ya, karena sekolah merupakan tempat dilahirkannya calon-calon pemimpin masa depan. Bermula dari sekolah yang menjunjung kedisiplinanlah pemimpin yang berwibawa dapat dibentuk. Jika di sekitar kita terdapat kumpulan-kumpulan sekolah yang berkarakter dan menerapkan kedisiplinan dengan baik, maka akan semakin banyak pilihan calon pemimpin masa depan yang siap diberikan amanah untuk tugas besar membawa bangsa ini menuju peradaban yang beradab. Namun sebaliknya, ketika kedisiplinan tidak diterapkan bahkan dilanggar, maka akan semakin sedikitnya bahkan nyaris tidak ada pilihan calon pemimpin yang siap menjalankan kepemimpinannya. Jika ini terjadi maka siap-siap lah bahwa bangsa ini akan tergadaikan ditangan-tangan pecundang pendidikan. Katong Samua Bisa eee…
Untuk mengawali sebuah perubahan tidak harus menunggu orang lain memulai. Mulailah dari apa yang bisa kita lakukan. Bergeraklah dengan langkah kaki yang lincah kemudian torehkanlah dengan tangan atas segala kemampuan kita dalam mengukir sejarah perubahan. Kita semua bisa dan pasti bisa untuk mengawali perubahan tanpa harus berkata-kata dengan rumit dan njelimet tentang konsep perubahan. Cukup dimulai dan bermula dengan hidup disiplin, maka insya Allah, pintu-pintu keberkahan dalam membangun pendidikan akan terbuka lebar untuk bangsa kita.
Allah SWT tidak akan pernah meridhai segala tindakan, sikap dan kerja yang tidak dilandasi dengan nilai-nilai itqan (profesionalitas). Karena kedisiplinan merupakan bagian dari nilai-nilai itqan dalam menjalankan suatu pekerjaan. Selain itu, ketika tidak disiplin berarti akan berbuntut pada kebohongan dan ini berarti nilai-nilai kejujuran dikesampingkan. Dengan kata lain, satu kebaikan dilanggar akan berakibat pada pelanggaran kebaikan lainnya. Seperti kedisiplinan, jika seseorang disiplin tentunya ia akan memegang aturan dengan kuat, baik itu aturan yang berasal dari ajaran agama maupun aturan yang bersumber dari norma-norma di lingkungan masyarakat.
Untuk itu, atas nama perubahan pendidikan, marilah kita semua dengan penuh kesadaran dan sukarela untuk berdisiplin pada setiap kehidupan kita. Terutama dalam membangun anak-anak bangsa yang memiliki karakter. Marilah kita sebagai insan pendidik di propinsi Maluku ini, hantarkan dan jadikanlah propinsi Maluku agar dapat menjadi pioneer sebagai propinsi yang dapat memberikan contoh bagi propinsi-propinsi lain dalam mengawali kedisiplinan di sekolah. Karena sekolah merupakan gudangnya calon-calon pemimpin. Mulailah dari sekarang dan mulailah bergerak dengan segenap kemampuan demi menuju propinsi Maluku yang berkedisiplinan.
Mengenali Sekolah yang Berkedisiplinan di Maluku
Propinsi Maluku yang terletak pada bagian Indonesia Timur, memiliki banyak kelebihan. Propinsi yang berpulau-pulau ini, memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, seperti hasil bahari berupa ikan laut, sampai pada mutiara yang begitu indah. Namun, keindahan propinsi yang terkenal sebagai penghasil mutiara ini, ternyata menyimpan benih kesuksesan dalam membentuk calon pemimpin masa depan bangsa. Di salah satu Kabupaten Maluku Tengah tepatnya di Kecamatan Salahutu Negeri (desa) Tulehu terdapat dua sekolah yang siap mengawali perubahan dengan kedisiplinan.
Mereka mampu membuktikan kepada propinsi lain walaupun terletak di Indonesia Timur dan di pulau yang kecil, tidak menjadi halangan untuk mengawali perubahan dengan adanya budaya kedisiplinan yang dibudayakan dengan baik di sekolah.
Melalui pedampingan sekolah dari LPI-DD Jakarta, sekolah SDN 2.8 Tulehu yang terletak di negeri adat ini, menjadi sekolah yang selalu siap bergerak untuk memfungsikan diri sebagai ‘Agen of Change’. Beberapa yang telah menjadi budaya sekolah tentang kedisiplinan adalah berupa:
- Kedisiplinan masuk sekolah tepat waktu baik siswa maupun guru. Jika dilanggar maka guru dan siswa akan mendapat porsi yang sama ketika diberikan ganjaran. Seperti bagi yang terlambat tidak diperkenankan untuk masuk ke kelas dalam mengikuti proses belajar maupun memberikan pengajaran, sebelum bertanggung jawab atas keterlambatannya.
- Kedisiplinan dalam berpakaian. Guru dan siswa memiliki kewajiban sama untuk memakai pakaian seragam sekolah sesuai standar pelajar dan guru. Seperti untuk guru memakai pakaian seragam PNS sesuai dengan jadwal dan untuk guru diupayakan untuk selalu memakai sepatu dan kaos kaki sehingga ketertiban dan kerapihan dalam berpakaian dapat tercerminkan dengan baik.
- Kedisiplinan dalam menyapa. Guru dan siswa memiliki kebiasaan untuk selalu saling menyapa ketika berpapasan di jalan sehingga proses penciptaan kedekatan yang tetap menjunjung norma-norma keadaban dalam pergaulan dapat terealisasi. Dan siswa pun memaknai keakraban ini sama dengan keakraban dengan orangtuanya di rumah. Sehingga siswa tidak akan canggung untuk curhat maupun menerima bimbingan dari guru.
- Kedisiplinan dalam kebersihan. Kebersihan sebagaian dari iman. Sekolah Beranda di SDN 2.8 Tulehu memiliki konsensus bersama untuk membuat lingkungan sekolah bersih, rapi dan indah. Hal ini dapat dilihat dari kebersihan yang selalu dijaga mulai dari pekarangan sekolah, ruang kelas hingga kebersihan kamar mandi. Keberlangsungan dalam menciptakan suasana kebersihan ini dilakukan oleh semua unsur baik penjaga sekolah, siswa, guru maupun Kepala sekolah.
- Kedisiplinan masuk kelas dan keluar kelas. Setiap guru berdasarkan pengarahan dari pendamping sekolah, menyepakati untuk berdisiplin ketika masuk kelas dan keluar kelas. Fenomena yang sering terjadi di setiap sekolah bahkan ketika pendamping sekolah SDN 2.8 Tulehu mendampingi adalah kurang disiplinnya sebagian guru yang masuk dan keluar kelas. Seperti telat masuk ke dalam kelas sementara berdasarkan jadwal seharusnya sudah dimulai pembelajaran. Begitupun dengan jadwal keluar kelas, masih ada guru yang keluar sebelum bel atau kadang meninggalkan kelas ketika proses pembelajaran. Tetapi karena sudah diberikan pemahaman, bahwa kondisi tersebut memberikan dampak buruk terhadap semangat belajar siswa dan sebagai indikasi kurang bertanggung jawabnya seorang guru kepada siswa bahkan kondisi tersebut memberikan indikasi bahwa guru yang bersangkutan belum siap untuk mengajar.
Untuk itu, setelah dilakukan sharing dengan para guru, akhirnya didapatkan sebuah konsensus bersama untuk menertibkan kedisiplinan masuk dan keluar setiap guru ketika ke kelas. Alhamdulillah, berdasarkan pengamatan pendamping sekolah, guru-guru telah mulai berdisiplin dari yang sebelum pendampingan disiplin masuk dan keluar kelas hanya bernilai 60% menjadi 90% s.d 95 % setelah dilakukan pendampingan. - Kedisiplinan dalam mengajar. Suasana lain yang dapat dilihat dari perkembangan dengan adanya pendampingan sekolah dari LPI-DD adalah guru memiliki peningkatan dalam mempersiaspkan alat peraga dan display kelas serta RPP yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Kedisiplinan dalam aktifitas persiapan pengajaran, merupakan kemudahan rangkaian dari kedisiplinan dalam mengajar seorang guru. Bahkan beberapa guru sangat berterimakasih dengan adanya pendamping sekolah yang selalu stand by di sekolah untuk melakukan pembinaan dan konsultasi. Sehingga persiapan untuk pengajaran dapat selalu didiskusikan dengan pendamping sekolah. Dengan adanya berbagai persiapan tersebut, proses pengajaran dapat berlangsung dengan mudah bahkan dengan diterapkannya metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif Interaktif dan Menyenangkan) dalam pembelajaran, guru tidak akan menyaksikan lagi sebuah kelas ribut dan siswa yang tidak semangat dalam belajar. Bahkan dengan adanya kesepakatan menerapkan PAIKEM, guru-guru mulai berusaha menciptakan yel-yel sebagai motivasi bahkan untuk pengkondisian ketika anak ribut dalam pembelajaran.
Beberapa kedisiplinan yang diciptakan bersama antara pendamping sekolah dengan Kepala sekolah dan juga para guru dapat dilihat dari awal sebelum adanya pendampingan dari 60%-70% berkembang setelah adanya pendampingan rata-rata mencapai 80% s.d 95%. Perkembangan ini sebagai upaya dalam menciptakan kebudayaan sekolah yang positif sehingga secara jangka panjang sekolah beranda SDN 2.8 Tulehu dapat dijadikan model sekolah yang inspiratif dalam mengawali perubahan pendidikan berkualitas. Sehingga SDN 2.8 Tulehu bukan lagi sekolah yang hanya dapat dilihat perkembangannya oleh warga yang berada di Negeri Tulehu (Negeri = Desa dalam Bahasa Maluku) saja tetapi dapat dilihat bahkan diikuti oleh sekolah-sekolah yang ada di lingkungan Salahutu bahkan propinsi mengenai prestasi kedisiplinan yang telah diraih. Walaupun Kepala UPTD Salahutu telah mengumumkan di pembukaan ujian nasional kelas 6 bahwa sekolah SDN 2.8 dijadikan percontohan bagi sekolah lain, jadikan penilaian itu sebagai stimulan untuk semakin meningkatkan lagi manajemen sekolah yang baik sehingga ada atau tidak ada pendamping proses perkembangannya akan tetap konstan.
Harapan bahwa SDN 2.8 Tulehu dapat menjadi mercusuar model pendidikan berkualitas mudah-mudahan dapat terealisasi. Walaupun SDN 2.8 Tulehu berada dipelosok negeri tetapi kami yakin bahwa pemikiran para gurunya tidak terpelosok. Bahkan dengan adanya perkembangan positif setelah adanya pendampingan dari LPI-DD, suatu saat nanti dari kedisiplinan yang positif ini akan melahirkan calon-calon pemimpin yang berkarakter dalam memimpin bangsa. Yakni calon-calon pemimpin yang bisa saling menghargai dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dipegangnya. Karena pembiasaan kedisiplinan dari semenjak sekolah dasar adalah wahana internalisasi nilai-nilai yang tepat dan berdampak secara jangka panjang pada siswa. Hal ini disebabkan karena memori ingatan anak masih mudah untuk menerima hal-hal baru bahkan daya ingatnya akan panjang dibandingkan orang dewasa.
Majulah anak bangsa! Majulah Maluku, dan majulah SDN 2.8 Tulehu! Berikanlah contoh yang terbaik dari yang terbaik untuk pendidikan yang berkarakter, bangsa menunggumu. Buktikan segera kemampuan sekolah yang dipelosok negeri menjadi sekolah yang dapat memberikan inspirasi bagi bangsa kita yang tercinta, tanah airku Indonesia!
[Disalin dari Buku “Ambon Manise; Jejak Langkah Pendampingan Sekolah di Maluku Tengah”, Rodiannauli Pane, dkk., DD Press. Penulis: Rodiannauli Pane]
setuju..