Bagaimana Membuat Majalah Dinding di Sekolah?

Sebagai sekolah yang berada di tepi beranda negeri ini, kebutuhan atas informasi tidak bisa ditawar-tawar lagi. Meski sederhana tampilan medianya, paling tidak ada sumber informasi berupa bacaan untuk siswa-siswa. Berawal dari obrolaan saya selaku Pendamping Sekolah, dan Pak Mohd. Syah selaku kepala sekolah di sebuah sekolah dasar di Natuna (Kepulauan Riau), akhirnya impian memiliki majalah dinding (mading) terwujud.
Beliau antusias menyambut usulan saya untuk diterapkan di sekolahnya. Respons positif beliau tunjukkan dua hari setelah perbincangan kami. Enam papan mading berdiri kokoh. Kepala Sekolah juga memfasilitasi guru dan murid untuk membudayakan menulis dan membuat sekolah semakin hidup dengan literasi. Sayangnya, karena waktunya berdekatan dengan pelaksanaan ujian, untuk sementara papan mading tersebut belum dipergunakan sebagaimana mestinya.
Walaupun begitu, tercatat ada satu guru yang sudah mengapresiasi mading sekolah, yaitu Pak Mohamad Zaid selaku wali kelas 5. Beliau memanfaatkan mading sebagai papan display hasil karya tulis anak didiknya.
Semangat dan antusias Pak Zaid sungguh membanggakan. Tugas saya adalah memperbaiki penampilan hasil karya beliau. Sebab, proses penempelan yang kurang atraktif, dan rubrik yang ditampilkan di mading pun belum bervariasi. Untuk itu, saya menawarkan kepada beliau untuk memberi contoh rubrik untuk mading kelas 5.
Alhamdulillah, respons beliau positif. Selanjutnya saya berbagi alat (tool) yang di-share kepada wali kelas dan siswa kelas 5. Alat tersebut adalah reportase, opini, DuDu (Dari Untuk Dengan Ucapan), dan karya siswa.
Untuk reportase, siswa bertugas sebagai wartawan dengan kapasitasnya sebagai siswa kelas 5. Siswa ditugaskan untuk meliput, melaporkan atau menulis sebuah artikel dengan tema-tema tertentu.
Untuk penentuan tema, agar lebih menarik, bisa didiskusikan bersama-sama antara guru dan siswa. Syarat temanya, sederhana dan edukatif. Contohnya: lingkungan, sampah, bahaya merokok, pola hidup bersih dan sehat, dan lain sebagainya. Sebelumnya, siswa dibekali pengetahuan cara melakukan reportase dengan mencari data menggunakan 5 W + 1 H (What, Where, When, Why, Who, dan How).
Untuk memudahkan pemahaman, saya memberikan contoh. Misal temanya adalah cita-cita. Siswa ditugaskan meliput narasumber, dalam hal ini bisa kepala desa atau kepala sekolah. Sebelumnya anak sudah menuliskan dan berkonsultasi kepada guru mereka beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan pada narasumber.
Who (Siapa): “Siapa yang menjadi inspirasi Bapak Kepala Sekolah semasa kecil dulu?”
What (Apa): “Apa yang menjadi cita-cita Bapak semasa kecil dulu?”
When (Kapan): “Kapan Bapak merasa memiliki keinginan untuk menjadi kepala sekolah?”
Where (Di mana): “Di mana Bapak dulu bersekolah, sehingga akhirnya Bapak bisa meraih cita-cita Bapak?”
Why (Mengapa): “Mengapa Bapak memiliki cita-cita tersebut?”
How (Bagaimana): “Bagaimana Bapak berusaha untuk mewujudkan cita-cita tersebut?”
Data yang diperoleh kemudian dikembangkan menjadi artikel liputan dengan dibimbing oleh guru, dan dilakukan secara beerkelompok. Untuk rubrik opini, ini merupakan kolom yang disediakan untuk siswa yang memiliki keinginan untuk mengomentari sesuatu. Sebagai awalan, guru bisa meminta atau menunjuk siswa tertentu untuk melakukannya. Mengapa? Karena umumnya anak sulit untuk memulai dengan sukarela, tidak mengapa bila siswa tertentu diminta untuk menuliskan komentar atas tema yang juga sudah ditentukan.
DuDu (Dari Untuk Dengan Ucapan) merupakan rubrik untuk berkirim salam antarsiswa, siswa dan guru, atau antarguru. Contoh:
Dari: Hanum
Untuk: Koko
Dengan Ucapan: Sebentar lagi ujian, belajar kelompok lagi yuk!
Rubrik DUDU kalau memungkinkan bisa dijual ke siswa yang lain, misalnya satu pesan 500 rupiah. Uang yang terkumpul ini bisa dipakai untuk membiayai penerbitan mading selanjutnya. Rubrik terakhir adalah karyaku. Rubrik ini dipakai untuk memajang karya siswa, baik berupa puisi, cerpen, ataupun lukisan. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Hani Karno Mu’minah]