Bagaimana Membuat Skala Prioritas Dalam Menjalankan Tugas Sebagai Guru?

Betapa pentingnya para guru belajar mengenai skala prioritas. Mengapa para guru mesti belajar skala prioritas?
Berawal dari adanya ketidakdisiplinan guru di salah satu sekolah dasar untuk datang ke sekolah dikarenakan kesibukan aktivitas di rumah. Sebagian guru telah larut dalam aktivitas yang bukan kewajiban, tetapi sebaliknya justru mengabaikan kewajiban dan tugas utamanya, khususnya mengajar.
Saya kemudian berbagi wawasan dengan guru-guru tentang empat tipe aktivitas para guru yang perlu dibuatkan skala prioritasnya.
Pertama, penting dan mendesak. Hal yang harus kita utamakan selaku guru atau profesi lainnya adalah mengerjakan tugas yang terpenting dan mendesak. Inilah prioritas utama yang harus didahulukan dan harus segera dilaksanakan.
Tidak bisa ditunda-tunda oleh guru-guru begitu menghadapinya. Mengenai standar penting dan mendesak, semua dikembalikan kepada guru-guru itu sendiri tatkala menjalankan aktivitas ataupun tugasnya. Dengan demikian, membenturkan aktivitas di sekolah dan di rumah harusnya sudah tidak boleh berulang lagi.
Kedua, penting tapi tidak mendesak. Dalam skala prioritas kedua ini, guru mengerjakan suatu aktivitas yang belum begitu mendesak. Tetap dikerjakan karena memang penting urusannya. Namun, begitu ada aktivitas lain yang harus atau mendesak untuk dikerjakan, aktivitas awal boleh kita abaikan terlebih dahulu. Hal yang tidak mendesak bisa diabaikan untuk diagendakan kembali setelah aktivitas mendesak tersebut selesai dikerjakan.
Ketiga, tidak penting tapi mendesak. Skala ketiga ini sifatnya pilihan, boleh diambil atau bahkan tidak sama sekali bergantung pada kebutuhan yang akan dijalankan. Sering kali aktivitas di sekolah selalu dibenturkan dengan aktivitas di rumah. Padahal, saat guru disibukkan dengan aktivitas yang dianggapnya mendesak, sebenarnya yang dilakukannya bukan hal penting. Di sinilah perlunya kematangan dan kebijakan para guru untuk menimbang suatu aktivitas yang dilakukannya itu penting ataukah tidak.
Keempat, tidak penting dan tidak mendesak. Dalam skala ini, para guru seharusnya segera meninggalkan aktivitas yang menyita perhatiannya. Yang dilakukannya tidak ada yang penting, dan tidak mendesak pula. Masih banyak yang bisa kita lakukan ketimbang hanya membuang waktu, dana, tenaga, bahkan pikiran.
Setelah mengetahui tipe aktivitasnya, para guru mesti komtimen untuk memperbaiki kinerjanya masing-masing. Sebab, mengetahui tipe aktivitas saja belum cukup. Komitmen untuk berubah menjadi indikator awal menilai kesungguhan dan kejujuran para guru dalam beraktivitas. Jangan sampai aktivitas yang sebetulnya tidak mendesak dianggap mendesak; aktivitas di rumah yang tidak penting malah dipandang priotas utama. []
[Disalin dengan sedikit penyesuaian dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Noly Nurdiana]