Bagaimana Mendisiplinkan Guru yang Berbisnis?

Di salah satu sudut kota kecil Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Daerahnya luas, dan memiliki cuaca panas serta debu yang tak terbatas. Inilah salah satu akibat tambang yang bertaburan. Bahkan apabila musim hujan tiba, beberapa daerah akan terkena banjir musiman. Selama begitu banyak tambang batu bara di sini, perekonomian mereka semakin berkembang.
Di sinilah kita lihat ada sisi positif dan sisi negatifnya. Ini juga berdampak kepada guru-guru. Sebagian dari mereka ada yang berprofesi tambahan sebagai pengusaha batu bara, atau pemilik bedakan (rumah sewa) karyawan tambang. Entah yang mana pekerjaan wajib: sebagai guru ataukah pengusaha.
Kondisi tersebut sudah terjadi bertahun-tahun, sehingga berdampak pada kualitas mengajar dan kedisiplinan para guru. Ada banyak waktu yang mereka habiskan di luar jam mengajar mereka, entah untuk bisnis, keluarga, ataupun masyarakat. Virus ini pun terjadi di beberapa guru sekolah dampingan saya. Walaupun tidak semua guru terjangkiti, terkadang beberapa oknum guru ingin juga menulari teman-temannya. Penjagaan kepada guru yang sudah konsisten pun harus dilakukan.
Koordinasi dengan Kepala Sekolah dengan dinas terkait pun dilakukan untuk meringankan tugas saya. Mereka pun sangat mendukung program-program pendampingan ini, termasuk dalam hal kedisiplinan di sekolah.
Pada tahun pertama pendampingan, atas kesepakatan para guru, jam belajar bisa dimajukan lebih awal, yaitu pukul 07.00 waktu setempat. Awalnya banyak yang merasa keberatan. Namun, atas kesepakatan bersama, akhirnya putusan itu pun disetujui. Mengapa kami majukan? Ini karena makin bertambahnya jumlah siswa di sekolah kami, ditambah lagi ruangan kelas yang tidak memadai. Dalam satu ruangan belajar terkadang bisa terjadi tiga kali pergantian kelas berbeda. Mau tidak mau, jam sekolah pun harus dimajukan.
Selang satu tahun lebih beberapa bulan, pemajuan jam itu terus konsisten dilakukan. Sayangnya, hanya beberapa guru yang konsisten tepat waktu. Bermacam kendala yang dihadapi; mulai jarak rumah yang jauh sampai adanya urusan bisnis sampingan. Saat yang sama, sebagian masyarakat rupanya kurang mendukung program pemajuan jam belajar. Beberapa dari mereka banyak yang merasa keberatan, misalnya karena alasan jarak atau jam keberangkatan anak yang sama dengan jam kerja orangtua.
Melihat respons kurang positif dari sebagian orangtua siswa, pihak sekolah menggelar sosialisasi kondisi sekolah kepada orangtua murid. Bahwa pemajuan jam belajar di sekolah tidak lain untuk kebaikan anak-anak mereka juga, mengingat keterbatasan ruangan sekolah. Alhamdulillah, masyarakat akhirnya mengerti mengapa sekolah menerapkan jam sekolah pada pukul 07.00.
Seiring waktu, mulai terlihatlah guru-guru yang benar-benar konsisten dengan jam mengajarnya. Untuk mempertahankan kondisi tersebut, diperlukanlah sebuah penghargaan bagi guru yang disiplin. Maksud dari penghargaan ini adalah untuk menimbulkan semangat, motivasi, dan tanggung jawab terhadap kinerja para guru.
Program penghargaan itu diberi nama piagam Star Teacher. Penilaian dari program ini dilakukan sebulan sekali di semester kedua. Selain diberi piagam, para pemenang juga mendapatkan bingkisan kecil. Mungkin harganya tidak seberapa, namun berfaedah untuk mereka pergunakan dalam proses pembelajaran. Adapun untuk penyerahan piagam dan hadiah dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Awalnya, Star Teacher hanya meliputi kedisiplinan guru, berikutnya manajemen kelas dan supervisi kelas juga dimasukkan dalam kriteria penilaian. Lewat program ini terlihat peningkatan kinerja para guru. Mereka tampak bersemangat dalam proses pembelajaran. Ini juga terjadi pada guru yang beberapa kali terpilih dan mendapatkan piagam Star Teacher. Bahkan mereka juga beberapa kali aktif menggunakan media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran. Ada juga yang mencoba melakukan proses pembelajaran di luar ruangan kelas. Menariknya, peningkatan kedisiplinan juga terlihat pada peserta didik. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Tutiek Mardiyati]
Inspiratif pak.bisa kami ATM idenya di sekolah
Silakan, Bu.
Terima kasih.