Bagaimana Memunculkan Prestasi Setelah Mengubah Fisik Sekolah?

Salah satu sekolah yang saya dampingi yang ada di daerah Kotawaringin Timur (Kalimantan Tengah) berdiri di kawasan padat penduduk. Sekitar 500 meter dari sekolah kami, berdiri juga dua SD negeri.
Semula guru dan murid di sekolah kami ini dikenal luas warga dengan ketidakdisiplinannya. Datang ke sekolah selalu terlambat, namun pulang dari sekolah selalu lebih awal. Belum lagi akibat sekolah tidak berpagar, setiap hari ada saja anak yang pulang pada saat jam istirahat maupun jam pelajaran berlangsung.
Setelah mendapatkan bantuan Program Pendampingan Sekolah, semuanya berubah. Guru-guru datangnya selalu tepat waktu, dan pulang sesuai dengan waktunya. Begitu pula dengan anak-anak didik, mereka tidak lagi pulang pada saat jam istirahat ataupun jam pelajaran.
Kedisiplinan juga berlaku dalam pemakaian seragam sekolah. Jika dahulu anak-anak di sekolah kami memakai baju asal menempel saja, sekarang semua diwajibkan menggunakan atribut sekolah. Ringkasnya, sekolah kami berubah 180 derajat menuju yang lebih baik hanya dalam dua tahun.
Sikap perubahan ini turut dirasakan oleh para guru. Jika dahulu tugasnya hanya mengajar, sekarang tugas guru semakin bertambah, yaitu mengikuti pelatihan setiap tiga bulan sekali. Dan sekarang tugas mereka bertambah dengan setiap hari harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran. Sebelumnya RPP hanya mereka buat setiap awal tahun ajaran baru saja, tapi sekarang hampir setiap hari mereka membuatnya.
Tidak hanya dalam RPP, guru-guru juga melakukan pembenahan dalam menuju Adiwiyata. Antusiasme guru sangat terlihat dari datangnya mereka di sore untuk melakukan penanaman dan pembuatan papan slogan. Mengikuti sekolah Adiwiyata merupakan pengalaman pertama sekolah kami, yang di kemudian hari hasilnya mengejutkan kami: terpilih menjadi sekolah Adiwiyata tingkat provinsi.
Semangat berubah di kalangan guru sekolah dampingan memudahkan terjadinya perbedaan penilaian antara masa lalu dan masa sekarang. Bila dulu kerap dicemooh dan amat jarang ditunjuk oleh dinas untuk mengikuti perlombaan, kini sekolah kami sering menjadi pembicaraan positif di kalangan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Tri Rahardjo]