Bagaimana Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru?

Pendamping Sekolah memiliki salah satu Key Performance Indicator (KPI), yaitu Modelling Cara Mengajar. Di dalam Modelling Cara Mengajar ini terdapat unsur coaching, yakni unsur melatih guru sebagai mitra pembelajaran. Salah satu manfaat dari coaching ini adalah mengetahui seberapa jauh kemampuan dan kebesaran hati guru dalam membimbing siswa.
Saat saya bertugas di salah satu sekolah dasar di Tanah Bumbu (Kalimantan Selatan), banyak hal yang ingin saya wujudkan di sana, di antaranya berhasil dalam meng-choacing para guru. Supervisi awal saya di kelas 4 sekolah ini. Temuan penting yang diperoleh adalah cara pembelajaran yang diterapkan guru kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal atau pembukaan ini meliputi kegiatan apersepsi, bagaimana cara guru menyapa peserta didik, dan bagaimana cara guru memotivasi peserta didik untuk bersemangat dan fokus mengikuti pelajaran.
Setelah diidentifikasi, guru memberi salam kepada peserta didik dengan berdiri di dekat meja guru. Yang sering terjadi saat guru membuka pelajaran adalah guru tidak memerhatikan kondisi peserta didik. Jadi, guru membuka pelajaran pada saat peserta didik masih dalam keadaan gaduh.
Tujuan pembelajaran untuk materi hari itu pun tidak disampaikan. Setelah membuka pelajaran, guru langsung meminta siswa membuka buku pelajaran halaman sekian untuk kemudian dikerjakan siswa. Inilah yang membuat peserta didik tidak dapat memahami pelajaran secara detail, karena memang metode yang digunakan monoton, sehingga menimbulkan efek kejenuhan pada peserta didik.
Kegiatan menutup pelajaran yang dilakukan guru pun tidak mengulas kesimpulan. Poin-poin penting apa saja yang dapat diambil dari pembelajaran tidak diulang kembali oleh guru, sehingga guru tidak dapat mengukur sejauh mana pemahaman peserta didik untuk materi tersebut.
Atas temuan ini, saya terpanggil untuk membantu meningkatkan kualitas mengajar guru. Saya berusaha mengajak mereka keluar dari pembelajaran yang biasa dilakukan.
Setelah supervisi dilakukan, coaching pun dimulai. Setelah pembelajaran selesai, guru beserta Pendamping Sekolah menuju kantor guru. Hal yang sangat membanggakan, guru tersebut langsung bertanya antusias. “Ibu, bagaimana penampilan saya di kelas tadi?”
Mendengar pertanyaan ini, hati saya bergembira karena mendapati guru yang membutuhkan komentar dari Pendamping Sekolah.
Setelah pertanyaan tersebut terlontar, beberapa strategi coaching saya gunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan dan kesanggupan guru tersebut untuk berupaya membimbing peserta didik.
Pertama, Pendamping Sekolah memuji beberapa kelebihan yang dimiliki guru. Karena di samping kekurangan dalam hal mengajar di kelas, pastilah guru memiliki kekhasan mengajar atau beberapa keunggulan dalam mengajar yang sudah barang tentu menjadi daya tarik siswa. Kelebihan yang dimiliki guru tersebut adalah administrasi yang lengkap, di antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat. Langkah pembelajaran sudah runut, meskipun kurang adanya inovasi pembelajaran.
Kedua, Pendamping Sekolah memberikan masukan kepada guru tersebut terkait pembelajaran yang berlangsung. Tentu saja dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak mengandung unsur menghakimi atau memojokkan.
Ketiga, Pendamping Sekolah menanyakan apakah sebelumnya beliau mendapat materi pelatihan tentang guru kreatif atau pernah membaca tentang materi guru kreatif. Kemudian menanyakan apa saja yang harus diimplementasikan untuk menjadi guru kreatif.
Keempat, menanyakan komitmen untuk sanggup menjadi guru kreatif. Tentu saja dengan didampingi Pendamping Sekolah untuk membantu menerapkan langkah-langkah menjadi guru kreatif.
Kelima, Pendamping Sekolah melakukan modelling, yakni memberikan contoh Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Dua hari setelah coaching berlangsung, saya kembali menjenguk kelas 4. Alhamdulillah, ternyata guru kelas 4 tersebut langsung menerapkan hasil diskusi pembelajaran sebelumnya. Guru membuka pelajaran di hadapan siswa-siswa. Berdiri di depan, tepat di tengah-tengah tempat duduk siswa. Apersepsi yang dilakukan juga sangat menarik siswa dalam memulai kegiatan pembelajaran.
Tidak hanya itu, ternyata beliau mampu menciptakan gerak tepuk tangan untuk mengondisikan siswa dengan berbagai macam gaya—sebagai salah satu langkah guru kreatif. Yang membuat saya kembali bangga adalah saat beliau menyampaikan keinginan untuk berubah; berubah dalam meningkatkan kualitas belajar dan mengajar di kelas. Satu misi tercapai; walau sedikit lama-lama akan menjadi bukit.
Satu hal yang pasti, keinginan dan keyakinan yang tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas tidak hanya menjadi angan-angan Pendamping Sekolah. Akan tetapi, kerja sama dengan guru, guru yakin, guru berusaha, guru belajar, komponen warga sekolah mendukung, dan Pendamping Sekolah memberikan pelayanan penuh (full service), maka pendidikan di Indonesia bakal bersaing dalam kancah global. Utamanya adalah guru mau berubah dan meninggalkan kebiasaan sebelumnya yang hanya mengajar dengan mengatasnamakan formalitas. Sudah seharusnya guru menumbuhkan prinsip mengajar penuh ikhlas, mengajar tuntas, dan mengajar berkualitas. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Fera Arista Wardani]
memang sudah semestinya, sebelum KBM ke inti,pembukaan terlebih dahulu.. dan guru harus melakukan apersepsi utk memancing daya pikir siswa.
tapi acung jempol untuk guru, yang antusias ingin diberi penilaian atau komentar..