Bagaimana Mendampingi Siswa di Olimpiade Sains?

Belum terlambat menerima informasi pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) dari Unit Pelaksana Teknis Dinas, saya selaku Pendamping Sekolah sekolah dasar di Tanah Bumbu berharap semua anak yang berprestasi di sini memiliki hak untuk mengikuti seleksi. Tidak boleh lagi ada sistem seleksi berdasarkan penunjukkan siswa tertentu saja. Karena bakat-bakat yang luar biasa itu tidak hanya tumbuh di sekolah-sekolah favorit.
Saya segera berkoordinasi dengan beberapa guru kelas 5. Kami segera mengumumkan kepada anak-anak agar siapa yang ingin mengikuti seleksi OSN segera berkumpul di perpustakaan. Siang itu ada sebelas siswa berkumpul di perpustakaan sekolah tersebut. Bersama Ibu Norsari saya siap membimbing dan mengarahkan anak-anak agar menjawab soal-soal yang ada dengan tepat sesuai waktu yang tersedia. Akhirnya terpilihlah dua siswa dari sekolah kami yang akan mengikuti seleksi OSN tingkat Kecamatan Satui. Mereka adalah Noverdi Anugrah Ramadhan untuk Matematika, dan Rias Fabiola untuk IPA.
PAGI ITU PAK PANDI dan kedua siswa terpilih bersiap berangkat untuk mengikuti OSN tingkat kecamatan. Walau postur tubuh anak-anak terlihat besar, Pak Pandi mampu membawanya dengan satu motor. Sayangnya, pada saat itu saya tidak dapat ikut medampingi mereka, karena waktu kegiatan OSN bertepatan dengan supervise sekolah. Seleksi dilakukan hingga sore hari dan pengumuman masih menunggu beberapa hari lagi.
Alhamdulillah, beberapa hari kemudian kami mendapatkan kabar gembira. Verdi dan Rias masuk seleksi tingkat kecamatan, dan masing-masing menjadi juara 1 dan juara 3. Hanya selang dua minggu, kedua siswa kami ini sudah dipersiapkan untuk mengikuti seleksi tingkat kabupaten. Saya bekerja sama dengan beberapa guru melakukan program pembinaan untuk Verdi dan Rias. Untuk Verdi, Ibu Rusdiani yang membimbing, sedangkan untuk Rias, Ibu Sutarsih. Kami bergerak cepat dalam pembinaan.
Walau pada saat itu ada beberapa guru yang pesimis, kami tetap berusaha keras dengan tetap merawat optimisme. Meyakinkan kepada rekan guru di sekolah yang pesimis bahwa prestasi itu milik siapa saja, bukan hanya milik sekolah favorit.
Tibalah waktu keberangkatan OSN tingkat Kabupaten Tanah Bumbu. Pagi itu kami berangkat dengan beberapa rombongan. Sayaikut dengan rombongan Ibu Misriati. Di mobil itu ada 6 orang, 3 anak yang mengikuti seleksi OSN dan 3 pendamping. Karena tempat seleksi OSN yang cukup jauh, kami berangkat pukul 06.00.
Awalnya perjalanan kami baik-baik saja. Namun, di pertengahan perjalanan saya melihat Verdi mulai mengeluarkan plastik. Oh, ternyata Verdi mabuk darat dan tidak nyaman dengan bau AC mobil. Segera saja saya mengolesi perut dan punggung Verdi dengan minyak angin. Setelah agak baik, Verdi kami libatkan untuk bercanda di mobil. Dia juga kami ajak berbicara hingga tertidur. Setiba di lokasi acara, Verdi kembali mengeluarkan lagi isi perutnya begitu turun dari mobil. Saya pun membawa Verdi untuk istirahat sebentar di depan perpustakaan. Setelah keadaan Verdi terlihat lebih baik, kami pun ke belakang untuk membersihkan baju Verdi yang sedikit kotor.
Menit demi menit berlalu hingga selang tiga jam kami menunggu, seleksi belum juga dimulai. Anak-anak didik kami sudah mulai gelisah. Bahkan saat itu tidak hanya mereka yang gelisah, semua peserta lain pun demikian. Saya berinisiatif menenangkan mereka, membelikan mereka minuman dan beberapa makanan. Sedikit-sedikit materi OSN juga dibahas dalam suasana yang santai.
Sekitar pukul 10.30 seleksi OSN tingkat Kabupaten Tanah Bumbu dimulai. Semua peserta kelihatan sudah lemas, bosan bahkan terlihat lemah dan lesu. Beberapa guru pendamping berusaha memberi semangat kepada anak-anak didiknya.
“Ini adalah sebuah perjuangan untuk sebuah kesuksesan kalian,” ujar salah satu guru pendamping. “Bila berhasil dan sukses, maka kalian akan membanggakan orangtua, sekolah, dan orang-orang yang kalian cintai. Terutama ini adalah pengalaman berharga bagi kalian; selain mendapatkan ilmu pengetahuan, juga mendapatkan teman-teman baru.”
Selang beberapa pekan setelah seleksi, kami pun menerima telepon dari dinas bahwa siswa kami Verdi juara 1 seleksi OSN tingkat Kabupaten Tanah Bumbu. Mendengar berita ini, Verdi dan ibunya sangat bahagia, begitu pula seluruh guru-guru Verdi. Semua bahagia kini waktunya mempersiapkan Verdi untuk bersaing Kembali dengan beberapa kontingen dari seluruh kabupaten di Kalimantan Selatan.
Hari-hari berikutnya, dengan penuh semangat Verdi selalu mengikuti jam pembinaan dengan Ibu Rusdiani. Saya mencoba membimbing Verdi untuk materi Bahasa Inggris, karena ada kemungkinan untuk soal tingkat provinsi sebagian materinya menggunakan bahasa Inggris.
Tibalah waktu keberangkatan seleksi tingkat Provinsi Kalimantan Selatan di Asrama Haji Banjar Baru. Kontingen Tanah Bumbu diberangkatkan menggunakan bus Dinas Pendidikan Kabupaten. Ada beberapa guru dan orangtua siswa yang ikut, termasuk saya.
Dengan perjalanan menempuh kurang lebih lima jam, kami sampai di Asrama Haji pada pukul 17.00. Anak-anak sangat lelah, terutama Verdi yang kembali mabuk darat. Maka, sesampainya di asrama mereka segera beristirahat karena malamnya akan ada pengarahan dari panitia.
Di asrama Verdi langsung akrab dengan Audinta. Audinta adalah juara 2 OSN Matematika tingkat Kabupaten Tanah Bumbu. Mereka berdua selalu bermain teka-teki Matematika, membahas contoh-contoh soal OSN, dan tak lupa bermain bersama. Kami, guru-guru pendamping, sangat senang melihat keakraban mereka yang lucu, seru, dan menyenangkan. Mereka tidak sedikit pun kami bebani dengan target tertentu. Kami berusaha untuk membuat mereka nyaman.
Pagi yang cerah, setelah mendapatkan pengarahan dan pengayaan di malam yang menyenangkan, anak-anak didik kami siap untuk bersaing dengan peserta dari 13 kabupaten di seluruh Kalimantan Selatan. Masing-masing ada 39 peserta di OSN Matematika dan IPA. Banyak di antara peserta merupakan siswa sekolah-sekolah favorit, terutama yang berasal dari kota.
Tepat pukul 08.00 semua peserta dikumpulkan di Auditorium Asrama Haji. Sebagian peserta terlihat tegang, termasuk Verdi. Kami pun berusaha menenangkan dan memberikannya motivasi. Alhamdulillah, Verdi mampu menjawab soal-soal yang ada walaupun pada jam pertama seleksi matanya sempat memerah dikarenakan materi seleksi yang sulit. Kami yang turut mendampingi terus meyakinkan Verdi bahwa semua akan baik-baik saja bila dia sudah berusaha dan berdoa.
Jam menunjukkan pukul 11.30, tanda seleksi OSN tingkat Provinsi Kalimantan Selatan berakhir. Anak-anak mulai menyebar keluar ruangan aula. Wajah-wajah mereka begitu lelah, bahkan ada yang sampai mengeluarkan isi perutnya saat tes berlangsung. Ya, hari yang melelahkan bagi mereka. Namun, anak-anak kontingen Tanah Bumbu tetap semangat bahkan mereka setelah acara tetap ceria berfoto ria, dan bersiap-siap untuk kembali ke Satui. Sebelum ke Satui, anak-anak dibawa oleh pendamping dari Dinas Pendidikan untuk berekreasi menghilangkan kepenatan. Sekali lagi, anak didik kami, Verdi, mabuk darat.
Seleksi OSN tingkat provinsi Kalimantan Selatan sudah berlalu beberapa pekan. Namun, belum juga ada kabar hasilnya. Rupanya karena penilaian OSN tingkat provinsi dilakukan oleh tim dari Jakarta, sehingga lebih lama pemberitahuan hasilnya. Kami, guru-guru di sekolah, semakin penasaran, apakah Verdi mampu meraih prestasi. Lama tidak ada kabar hingga kami semua sibuk kembali dengan aktivitas rutin di sekolah. Kami pun sedikit terlupa dengan pengumuman OSN tingkat Provinsi.
Tapi, pada suatu siang yang terik, tiba-tiba ada panggilan telepon untuk saya. Pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten mengabari saya bahwa anak didik kami, Verdi, menjadi juara 2 OSN tingkat Provinsi Kalimantan Selatan. Betapa terkejutnya dan bahagianya kami setelah sekian lama menanti seolah dalam ketidakpastian.
Verdi akan medapatkan piagam penghargaan dari Wakil Gubenur Kalimantan Selatan tepat di Hari Pendidikan Nasional bertempat di kantor Gubenur di Banjarmasin. Mendengar kabar ini, semua warga sekolah bahagia dan terharu. Kemenangan ini kado terindah bagi Verdi dan keluarganya. Dengan mabuk daratnya Verdi tetap mampu meraih prestasi.
Pada hari-H pemberian penghargaan, Verdi ditemani orangtuanya bersama-sama Pak Razak, Pak Pandi, dan saya. Pagi itu banyak yang akan mendapatkan piagam penghargaan dari Wakil Gubenur. Pada saat nama-nama pemenang disebut untuk maju menerima piagam penghargaan dari Wakil Gubenur, terlihat haru yang menyelimuti keluarga-keluarga sang juara. Begitu pula dengan keluarga Verdi. Semua merasa bangga pada hari itu, inilah awal perjuangan Verdi di tingkat nasional.
Inilah sebuah pengalaman yang berharga. Menghilangkan sikap pesimis dan ketidakyakinan siswa bahkan para guru, memang tidaklah mudah. Namun, dengan hasil dan pelaksanaan yang baik tentu akan membuahkan sesuatau yang memuaskan bagi semua yang terlibat. Semua perlu waktu dan tenaga untuk meraih sebuah keberhasilan. Tidak harus menunggu, tapi harus menjemput dan menariknya ke tangan kita, sehingga pada akhirnya kita mampu meraih dan memainkannya dengan baik pula. Inilah salah satu kuncinya: jangan menyerah sebelum beberapa kali mencoba. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Tutiek Mardiyati]
Wah, kenangan zaman SD.. hahaha
Masih ingat ya. Bagaimana kabar nak Verdi?