Bagaimana Melatih Siswa Menjadi Mentor Angkatan?

Suatu hari saya bertanya kepada salah seorang siswa.
“Vy, siapa adik tingkatmu yang berpotensi untuk menjadi kandidat di lomba alat yang akan dilaksanakan?”
“Aduh, Pak, saya kurang begitu dekat dengan adik-adik kelasku.”
Benar dugaan saya selama ini. Siswa begitu akrab dengan teman sekelasnya, namun untuk lintas kelas mereka tidak terlalu baik. Dulu saya pernah berdiskusi terkait masalah ini dengan para guru, sampai pernah melahirkan ide untuk mengadakan lomba masak.
Namun, ide ini tidak sampai menjadi kenyataan. Dengan banyak pertimbangan saya harus merelakannya lenyap begitu saja. Hampir saja saya melupakan persoalan ini, dan ingin mengatakan “Sudahlah, biarkan begitu adanya.” Sekitar dua bulan lamanya, saya tidak pernah menyinggung masalah keakraban antarkelas.
Lebih banyak perhatian saya terkait hal-hal yang teknis, mempersiapkan pelaksanaan program pelatihan siswa dan guru, dan hal teknis lainnya.
Namun ternyata, saya tidak benar-benar melupakannya. Gagasan itu keluar begitu saja, tanpa paksaan. Selepas zuhur pada suatu Sabtu, saya bersama dua pendidik berada di kantor jurusan. Kami berbincang mengalir begitu saja, mulai dari tema politik, bencana alam, kesejahteraan, hingga hobi.
Saya tidak tahu persis apa kata ‘sambung’ yang membuat kami membicarakan siswa didik kami, dan itu adalah seputar karakter masing-masing kelas atau angkatan. Sampai kemudian berbicara masalah keakraban antarangkatan. Ringkas cerita, siang itu lahir suatu kesepakatan untuk adanya mentor angkatan. Kebetulan guru teman berbincang saya adalah wali kelas dari kelas X dan kelas XI.
“Pak Edy, ini ide yang sangat bagus!” ungkap salah satu guru itu tentang ide mentor angkatan. Kami pun berbagi tugas. Saya yang membuat pembagian mentor angkatan. Konsepnya sederhana, setiap dua siswa kelas X akan didampingi oleh dua mentor kelas XI. Sehingga, ketika siswa kelas X mempunyai kesulitan dalam memahami materi pelajaran, mereka akan berkonsultasi dengan mentornya.
Diharapkan dari proses ini dapat terjalin keakraban dan saling membantu antara kakak dan adik kelasnya. Regulasi pembagian mentor ini akan dilakukan setiap tiga bulan sekali, mengingat kelas XI secara berkala harus Prakerin (Praktik Kerja Industri) yang lamanya tiap periode adalah tiga bulan.
Adapun para guru betugas untuk mendesain pembelajaran yang membuat terjadinya pola interaksi antara siswa dan mentornya. Caranya dengan memberikan tugas yang mengharuskan salah satu referensi jawabannya datang dari mentornya. Mentor angkatan ini pula akan memudahkan untuk pembelajaran multimedia yang dapat berjalan di luar jam pembelajaran.
Konsep mentor angkatan ini sangat membantu mentor itu sendiri. Dia akan selalu belajar untuk menjadi lebih baik, sehingga bisa tampil dengan percaya diri di hadapan adik tingkatnya. Apalagi pola pembelajaran di jurusan, selain teori, praktiknya juga sangat banyak. Bagaimana mengenal alat, menggunakan alat, prosedur keselamatan kerja menggunakan alat, semuanya itu bisa diajarkan oleh mentor pada adik kelasnya.
Sangat terbuka kemungkinan ide mentor angkatan ini diterapkan di jenjang pendidikan menengah pertama dan atas. Jadi, tidak terbatas pada pembelajaran di SMK saja. Bahkan tidak menutup kemungkinan diterapkan di jenjang pendidikan dasar, khususnya bagi siswa kelas atas. Tinggal para pendidik membuat kreativitas dan inovasi agar para siswa menyenangi adanya mentor angkatan. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Edy Purnama]