Bagaimana Mengelola Kekompakan Guru?

Bagaimana Mengelola Kekompakan Guru?

Harus diakui, guru-guru di sekolah dampingan saya di Luwu Timur (Sulawesi Selatan) memang tidak semuanya hebat. Masih ada beberapa guru yang kualitasnya harus terus ditingkatkan. Kendati demikian, dalam urusan kerja sama dan kekompakan dalam melakukan suatu pekerjaan, semua guru di sana sangat luar biasa. Selama beberapa bulan pendampingan saja sudah terlihat bagaimana suasana sekolah yang selalu membuat ceria, betah, dan ingin berbuat banyak dengan para guru untuk memajukan sekolah. Ini sekaligus membuktikan bahwa sekolah ini pantas menyandang predikat SD unggulan.

Setiap pagi sebelum belajar, siswa berbaris dengan rapi di depan kelas. Setiap wali kelas menyemangati siswanya dengan yel-yel, lagu-lagu, dan tepukan yang sudah mereka dapatkan dari beberapa kali pelatihan bersama Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Jika ada wali kelas yang terlambat, guru bidang studi dan Pendamping Sekolah segera mengambil alih. Kepala Sekolah memantau dari depan kantor. Benar-benar satu tim; meskipun kadang ada keluhan mereka rematik, tetapi mereka hebat tematik!

Kekompakan dan kerja sama tampak pula ketika ada surat pemberitahuan untuk lomba dari kabupaten masuk ke sekolah. Dengan adanya perlombaan tersebut, Kepala Sekolah tidak hanya tinggal diam dan membiarkan para guru untuk melatih atau membimbing siswa sendirian. Kepala Sekolah langsung membentuk tim untuk menyiapkan tim sekolah yang mengikuti perlombaan. Dibuatlah semacam kepanitiaan untuk menangani perlombaan sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh guru pembimbing. Dalam satu perlombaan ada dua hingga tiga guru pembimbing.

Untuk undangan mengikuti lomba kebersihan sekolah, Kepala Sekolah membentuk beberapa kelompok penanggung jawab di setiap tempat-tempat yang mudah kotor dan bertumpuk sampah. Misalnya WC, guru penanggung jawab di tempat ini membentuk kelompok kerja (pokja) jumantik untuk membersihkan WC setiap harinya. Terkadang guru penanggung jawab terjun langsung bersama siswa untuk membersihkannya.

Meskipun sudah dibentuk tim kebersihan, guru lain yang sudah beres membersihkan tempat yang menjadi tanggung jawabnya terkadang masih membantu guru lain hingga semuanya selesai. Ibu Ervinila Tahir, sebagai contoh. Meskipun bukan penanggung jawab UKS, beliau cekatan memegang cangkul untuk membuat bedeng obat, menggali tanah, hingga menanam obat di belakang UKS.

“Kita kan satu tim, Mas, kalau ada hasilnya kan kita semua yang menikmatinya, jadi harus saling membantu.” Begitu jawaban beliau tentang kesigapannya membantu kerja guru lain. Setelah beberapa hari bekerja keras untuk kebersihan sekolah, Kepala Sekolah pun merangkul semua guru untuk tetap bersemangat dan bekerja dalam satu tim. Tidak lupa, beliau mengajak kami semua untuk makan-makan. Beginilah tradisi di sekolah ini, setiap ada suatu pekerjaan yang menguras tenaga, akan “dibayar” dengan menyantap hidangan kapurung—makanan khas Palopo, terbuat dari sagu yang dicampur dengan aneka sayuran dan ikan. Makan bersama dengan penuh ceria, beginilah sebagian cara seorang kepala sekolah dalam menjaga kerja sama dengan para guru. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Muslimin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares