Bagaimana Memotivasi Guru Perpustakaan?

Tidak disangsikan lagi, ruangan yang berada di bagian pojok sebuah sekolah dasar di Mimika (Papua) itu harus segera direvitalisasi. Gelap dan pengap ruangan yang penuh dengan buku bacaan siswa itu. Proses perbaikan kualitas dan kuantitas perpustakaan sekolah tidak bisa ditunda-tunda. Alhamdulillah, Kepala Urusan Perpustakaan, Ibu Sitti Muliaty, mendukung gagasan revitalisasi ini.
Rapat rutin pun digulirkan untuk menentukan struktur dan program kerja perpustakaan. Guru-guru yang sudah dipilih sebagai petugas perpustakaan dikenalkan pada tugas dan fungsinya.
Perpustakaan sekolah yang awalnya belum bernama, memilih “Perpustakaan SMART” sebagai nama. Nama ini terinspirasi dari SMART Ekselensia Dompet Dhuafa; sekolah tempat studi banding Ibu Sitti Muliaty dan Ibu Susanti ke Bogor (Jawa Barat). Studi banding ini bentuk reward sekolah kepada kedua guru itu untuk terus meningkatkan kualitas pengetahuan tentang perpustakaan. Semangat dan motivasi dari para petugas perpustakaan pun muncul.
Akan tetapi, semuanya memang tidak berjalan begitu mudah mengalir seperti keinginan. Pasti ada saja kendala dan hambatan yang akan terjadi. Dalam perjalanan mengelola perpustakaan, para petugas itu mulai menurun motivasinya. Apalagi para petugas perpustakaan sekolah merupakan guru kelas sekaligus. Belum lagi kurangnya waktu untuk keluarga, mengingat para pengurus seluruhnya ibu-ibu.
Akhirnya ketika para petugas perpustakaan sedang berkumpul di ruang perpustakaan, saya sampaikan nukilan kisah sekawan semut. Saat itu saya langsung mengajukan pertanyaan.
“Maaf, Ibu-ibu, saya ingin tanya. Ada yang tahu kenapa ketika semut berjalan mereka selalu bersalaman?” Macam-macam jawaban guru. Ada yang mengatakan, “Mereka saling kenal, Pak.” Ada juga yang menjawab, “Cium pipi kanan dan cium pipi kiri, Pak.” Unik juga jawaban salah seorang guru ini, seolah beliau sudah merasakan menjadi semut.
Saya pun menjelaskan salah satu pembelajaran yang harus kita ambil dari sekawanan semut. “Kenapa mereka ketika bertemu di jalan saling menyapa? Satu semut ketika bertemu dengan semut yang lain mereka saling menyapa, menanyakan kabar, dan yang paling penting bagi mereka adalah berbagi informasi. Kenapa? Sebab bagi mereka informasi itu sangatlah penting, karena untuk bisa saling berbagi dan membangun kebersamaan.”
“Sebagai contoh ketika salah satu semut menemukan suatu makanan tapi ternyata semut tersebut tidak mampu membawanya sendiri. Maka, berusahalah dia untuk mencari semut yang lain. Ketika bertemu dengan satu semut, ternyata salah satu semut itu mengajak kawan-kawannya yang lain untuk membantu membawa makanan yang ditemukan. Maka, bermanfaatlah semut satu dengan yang lain ketika saling berbagi informasi.”
“Kira-kira pesan apa yang bisa kita ambil dari hikmah semut berkawan itu, Ibu? Pertama, bahwa ternyata informasi itu meskipun sederhana tapi sangat penting bagi kita semua. Kedua, berbagi informasi ternyata sangat mudah dan menyenangkan. Ketiga, yang paling penting adalah kerja sama dan kebersamaan. Ketika satu semut merasa tidak mampu mengangkut satu makanan, maka semut itu meminta bantuan kepada semut yang lain untuk bisa berbagi.”
“Begitu juga dalam sebuah kepemimpinan atau organisasi di mana pun ketika kita menjadi pemimpin. Ketika pundak satu tidak mampu membawa beban yang berat, carilah pundak lain yang siap membantu kita untuk bisa berbagi.”
Sengaja saya bercerita tentang sekawanan semut di hadapan guru-guru yang bertugas di perpustakaan. Setiap manusia mempunya bebannya tersendiri. Tinggal bagaimana dia bisa memikul dan mencari kepercayaan kepada pundak lain untuk saling membantu.
Sudah sepatutnya, perpustakaan sebagai gudang informasi tidak hanya dipandang sebagai sebuah beban di tengah status sebagai guru dan ibu rumah tangga. Ada kerja mulia untuk menerangi anak didik dengan kandungan buku, yang itu butuh perhatian para guru petugas perpustakaan. Saat yang sama, untuk memajukan perpustakaan sekolah dan memotivasi para guru petugasnya, perlu ada perhatian dan dukungan kebijakan dari kepala sekolah. []
[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Noly Nurdiana]