Bagaimana Menjaga Literasi Siswa?

Bagaimana Menjaga Literasi Siswa?

Sedari sekolah dasar kita telah diajarkan tentang menulis dan membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Guru menjelaskan tentang unsur-unsur apa saja yang ada di dalam suatu cerita. Unsur-unsur itu salah satunya adalah unsur intrinsik, yang terdiri dari beberapa hal, di antaranya mengenai alur cerita, tempat, dan penokohan.

Ketika membaca, guru meminta kita untuk mencari dan memahami unsur-unsur itu. Sama halnya ketika kita diminta untuk mengarang suatu cerita, guru meminta memasukkan unsur-unsur itu ke dalam karangan cerita, seperti bercerita tentang kehidupan sehari-hari, liburan, atau mungkin cita-cita. Tema yang paling mudah dan sederhana untuk anak SD adalah liburan sekolah.

Membaca dan mengarang sangatlah penting untuk melatih kemampuan menulis, terutama jika diterapkan sejak anak usia sekolah dasar. Mengapa? Karena dengan menulis anak-anak diajarkan memainkan otaknya untuk berimajinasi sesuai umurnya, berlatih mengeksplorasi hal yang mereka rasakan. Selain itu, menulis juga dapat melembutkan hati sang anak, mengajarkannya lebih peka akan kebaikan di sekelilingnya.

Ketika guru menanamkan senang menulis kepada siswa, secara otomatis dia telah melibatkan siswa untuk pula cinta membaca. Menanamkan dan mengarahkan anak-anak untuk menyukai membaca dan menulis, tentunya bukan sekadar membaca dan menulis dalam konteks pelajaran Bahasa Indonesia saja. Namun, guru juga dapat mengarahkan kepada mata pelajaran yang lain, semisal menulis tentang pelajaran Matematika atau IPA. Dengan demikian, stimulus yang ditransferkan oleh guru mampu memengaruhi cara membaca dan menulis anak didik.

Ketika stimulus itu tepat tersampaikan, anak akan tahu bagaimana warna masa depan dunia literasinya. Dia akan tahu bagaimana mencintai buku-buku. Hal ini akan memengaruhi polanya dalam memilih buku bacaan dan gaya menulis, tentunya juga semoga mampu menghasilkan bacaan dan tulisan yang mencerahkan. Mengapa demikian?

Karena sejak kecil sang anak sudah distimulus dengan guru yang mampu membentuk pola bacaan dan tulisan yang bermanfaat dan mencerahkan. Dengan demikian, ketika telah mampu membuat suatu karya tulis, sang anak akan menghasilkan karya yang sesuai dengan yang selama ini dia rasakan, yaitu pencerahan yang mengandung arti lebih ketika membaca, dan mengaplikasikannya ke dalam tulisan.

Sangatlah jelas peran seorang guru yang berkarakter akan membentuk anak didiknya menjadi pribadi yang berkarakter pula. Salah satu hal ‘kecil’ saja dalam soal membaca dan menulis. Inilah salah satu kontribusi terbesar seorang guru dalam merawat dunia literasi, merawat mata rantai buku-buku dari penulis yang berkarakter. Penulis yang tidak hanya menulis untuk kepentingan royalti semata, namun penulis yang juga ikut mencerahkan para pembacanya. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Syarifah Reza Ayu Nurimani]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares