Bagaimana Memotivasi Guru Dalam Membuat RPP?

Bagaimana Memotivasi Guru Dalam Membuat RPP?

Ketika mengadakan supervisi di sekolah dampingan, saya mendapati satu fakta penting bahwa kondisi pembelajaran kurang begitu kondusif. Siswa kurang bisa memahami pelajaran dengan baik, karena guru-gurunya mengajar dengan cara tradisional dan—terutama—tanpa rencana yang baik.

Sebenarnya para guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tapi yang diajarkan tidak sesuai dengan alur yang sudah dituliskan. Usut punya usut, RPP yang dibuat itu sekadar salin dan tempel (copy and paste) dari karya guru lain, baik yang berasal dari satu sekolah ataupun bukan. Tidak hanya isinya yang tidak dikuasai, bahkan bahasa RPP yang disalinnya pun terkadang tidak dimengerti. Praktis mereka membuat RPP ‘bajakan’ itu hanya untuk memenuhi administrasi mengajar. Lebih-lebih bagi guru yang sudah mengikuti program sertifikasi, RPP menjadi syarat cairnya dana profesi, sementara para guru sendiri kurang memedulikan
penguasaan RPP yang dibuatnya.

Berdasarkan hasil supervisi itulah saya mengadakan workshop Teknik Pembuatan RPP. Dalam workshop ini saya jelaskan langkah demi langkah membuat RPP yang menarik dan gampang diaplikasikan. Seperti bagaimana menyiapkan mental psikologis siswa supaya dapat menerima pelajaran dengan baik, dan cara memaparkan pelajaran dengan metode fun learning. Setelah guru-guru memahami teknik pembuatan RPP yang menarik, saya mengajak mereka praktik langsung.

Para guru saya bagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok bertugas membuat contoh RPP yang menarik. Selanjutnya, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah mereka buat di depan teman-temannya.

Berbeda dengan bayangan awal, para guru akhirnya paham bahwa membuat RPP itu tidaklah sulit. Dua hari setelah pelatihan ada sebagian guru yang menemui saya, dan meminta untuk dapat membimbingnya dalam pembuatan RPP. Mereka ingin benar-benar mengerjakan sendiri RPP-nya.

Setelah beberapa kali pendampingan, saya coba cek kembali supervisi ke kelas. Saya ingin melihat apakah sudah ada kemajuan dan kesesuaian antara RPP yang dibuat dan proses kegiatan belajar mengajar.

Alhamdulillah, hasilnya luar biasa. Pada akhir jam pelajaran saya memanggil guru tersebut ke ruangan. Saya memberikan apresiasi kepadanya, karena sudah ada peningkatan dalam pengajaran dibandingkan sebelum mendapatkan workshop. Pembelajaran di kelas pun semakin kondusif, dan siswa merasa nyaman. Ketika pembelajaran semakin efektif, hasilnya berpengaruh pada prestasi siswa. Salah satu sekolah dampingan, misalnya, meraih peringkat ke-20 nilai Ujian Nasional dari 80 SD se-kecamatan. Prestasi ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya menduduki peringkat ke-35.

Prestasi yang ada itu tentu saja masih harus ditingkatkan. Terlebih lagi masih saja ada oknum guru yang belum mau membuat RPP sendiri dengan berbagai macam alasan. Fakta ini tidak ingin menyurutkan saya untuk selalu memotivasi dan mengevaluasi guru-guru yang masih enggan membuat RPP sendiri. Saya ingin, secara perlahan-lahan, pandangan bahwa membuat RPP itu susah mulai hilang. []

[Disalin dari Buku “Bagaimana Ini Bagaimana Itu”, DD Press. Penulis: Lahmudin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares