Bagaimana Menghadapi Murid Aktif?

Ketika itu saya melihat Arjun berlarian di kelas. Padahal, guru Arjun berada tepat di depan tempat duduknya. Tetapi, sepertinya ia tidak memiliki rasa takut, termasuk kepada guru di kelasnya.
Melihat kondisi kelas seperti itu, tiba-tiba tebersit keinginan saya untuk meminta jam pelajaran kelas 3B untuk keesokan harinya. Saya pun diizinkan untuk mengisi materi kelas tersebut. Kebetulan guru kelas belum menerapkan pelajaran tematik. Esoknya saya sematkan pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPS secara tematik sederhana.
Saya masuk kelas dengan disambut ucapan salam dari siswa hebat seperti biasanya. Doa belajar dan kata sapaan bersama-sama pun diucapkan siswa, “Selamat pagi, Bu, Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh….” Dengan lantang dan penuh semangat saya menjawab, “Wa’alaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi! Apa kabar anak Indonesia?” Siswa pun dengan riang dan bersemangat menjawab sapaan saya, “Semangat pagi! Cerdas, ceria!” Hari itu saya mengambil tema lingkungan. Mereka akan mengerjakan tugas yang sudah saya siapkan semalam.
“Kita mau belajar apa hari ini?” Tanya saya.
Arjun, seperti biasa, jalan mondar-mandir di depan kelas. Bahkan dengan santainya berdiri di kursi saat saya menjelaskan. Tanpa penjelasan yang panjang, saya melontarkan kata. “Hari ini kita tidak belajar dengan buku, tapi kita belajar sambil bermain, siapa yang mau?”
Serentak semua menjawab. “Saya, Bu! Saya, Bu!”
Arjun tampak keheranan melihat teman-temannya bersemangat dalam belajar. Saya membagi mereka menjadi empat kelompok. Tugasnya adalah mengamati aktivitas yang ada di sekolah, kemudian mencatatnya dan menghitung jumlah siswa yang melakukannya. Setelah itu, secara berkelompok dibuat beberapa buah kalimat dari rangkaian aktivitas tersebut sehingga menjadi karangan singkat. Karangan yang paling bagus akan ditempel di majalah dinding sekolah.
Saya langsung meminta Arjun untuk memimpin kelompok. “Oke, Arjun anak hebat, kamu pimpin kelompok 1 ya, Nak. Catat aktivitas di sekitar area dekat tanaman.
Amati dan catat apa yang siswa-siswa lainnya lakukan di sana.”
Saya kaget saat ia menjawab, “Baik, Bu. Ayo berataan kita keluar!” Arjun dengan suara mantap mengajak keluar teman-teman sekelompoknya. Waktu yang diberikan tiga puluh menit. Saya mengamati Arjun, siswa yang selama ini dikenal sangat aktif saat di kelas. Saking aktifnya, ia jadi sering tidak memerhatikan guru di kelasnya.
Dari kejauhan saya melihat Arjun memang sering berlari-larian sambil membawa buku dan penanya. Seketika ia menghampiri saya, “Ibu, contohnya seperti ini?” Saya membaca tulisannya, dan ia ternyata paham apa yang menjadi tugasnya.
Karakter dan sifat masing-masing peserta didik memiliki keunikan tersendiri. Untuk itu, guru seyogianya tidak lantas menyalahkan peserta didik yang tidak memerhatikannya di kelas dan kerap membuat keributan atau tindakan lainnya. Hendaknya kita sebagai seorang pendidik berkaca dan berintrospeksi diri; apakah ada yang salah dalam metode pembelajaran yang diajarkan.
Sangat jelas, peserta didik akan bosan dengan penjelasan yang diberikan guru jika hanya mengandalkan ceramah dan ceramah. Siswa seperti Arjun sebenarnya bisa menjadi inspirasi pembelajaran bagi siapa saja. Di sinilah pentingnya kemauan guru untuk terus belajar, mau meng-upgrade diri. Guru harus mau mencoba hal-hal yang baru dan keluar dari zona nyaman.
[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Fera Arista Wardani]