Siswa Tertidur Di Kelas

Siswa Tertidur Di Kelas

Siang hari itu terik panas menaungi SDN 060932 Bangun Mulia, Medan (Sumatera Utara). Kami sedang membahas persebaran hasil bumi di Indonesia.

Cukup mendukung, teriknya matahari seolah ingin menunjukkan besar pula kekayaan sumber daya alam yang kita miliki. Bahkan cuaca ikut ‘menyokong’ seorang anak melanjutkan aktivitasnya.

Sekejap melihat, ada yang sangat mengganggu di pojok ruangan. Begitu memutar seluruh badan dan memusatkan perhatian ke arah tertuju. Hmm… ternyata seorang siswa sedang asyik tertidur. Begitu saya memusatkan perhatian ke arah siswa yang tertidur itu, suasana kelas sontak penuh gelak tawa.

Seorang siswa berkata, “Bu, enaklah itu bisa tidur.” Saya pun mendatangi siswa yang sedang tertidur. Menghampiri dan membangunkannya. Kemudian bertanya, “Kenapa kamu tertidur, Nak?”

Ia tidak mau menjawab. Baiklah, saya tidak bisa memaksanya untuk memberikan jawaban. Saya kembali melanjutkan kegiatan belajar mengajar.

Siswa yang sempat tertidur itu saya persilakan ke toilet untuk membasuh wajah. Melangkahkan kedua kaki berarti turut pula menggerakkan seluruh anggota tubuh. Selain bisa berjalan, sebetulnya siswa tersebut juga menikmati hijaunya tanaman yang berada di samping kelas. Sekaligus menghirup udara dan merasakan angin berembus yang lebih kencang. Berasa nyaman dan ringan. Harapan saya, ia siap untuk belajar lagi.

Tak berapa lama kemudian, terdengar dering bel yang menandakan bahwa jam sekolah berakhir. Usai berdoa, siswa-siswa pulang dengan tertib, kecuali siswa yang tertidur tadi. Saya memang memintanya untuk tidak pulang lebih dulu.

Ia telah duduk di samping saya. Saya pun mengulangi pertanyaan, “Mengapa kamu tertidur?”

“Rumahku sangat ramai, Bu. Dijadikan sebagai tempat biliar. Jadi, aku tidak bisa tidur.” Jawabnya lancar tanpa dibuat-buat.

Saya sangat puas ia mau menjawab. Soal perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya, jelas ini persoalan baru yang harus diatasi.

Kita perlu mengenali lebih dulu kondisi dan latar belakang siswa yang dianggap ‘berulah’ atau siswa yang tidak menaati peraturan kelas. Yang harus dilakukan guru adalah adil bersikap dan tidak mempermalukan siswa di depan kawan-kawannya. Guru bisa mengawalinya dengan berbicara empat mata sebagai tanda perhatian dan dukungan. Barulah setelah itu bersama-sama membantu menyelesaikan kendala yang dihadapi siswa.

Kini, yang menjadi tugas saya berikutnya adalah perlu berbicara dengan orangtua siswa tersebut. Mengingatkan orangtuanya agar peduli dengan ‘derita’ yang dialami putranya tersebut. Andaipun usaha biliar memang satu-satunya mata pencarian keluarga, perlu ada jalan tengah yang tepat agar pendidikan anaknya itu tetap terperhatikan.

[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Srimani]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares