Bagaimana Membuat Siswa Rajin Ke Sekolah

Saya memiliki pengalaman mengajar di Tarakan lebih dari 14 Tahun. Sebelum menjadi pengajar di SDN 014 Gunung Belah, Tarakan (Kalimantan Utara) setahun terakhir ini, saya mengabdi di SDN 002 Tarakan.
Selama mengajar tersebut, saya baru sekali mendapati seorang anak didik yang malas hadir atau masuk sekolah. Sebut saja namanya Dion, siswa yang masih duduk di kelas 5. Dalam satu minggu terkadang hanya 2-3 kali saja ia hadir. Ia sering tidak masuk sekolah dengan alasan yang kurang jelas. Bahkan Dion juga sering membolos ke sekolah meski saat berangkat dari rumahnya ia berpamitan untuk ke sekolah.
Sebagai seorang guru tentunya saya ingin tahu penyebab dari perilaku ‘ganjil’ Dion tersebut. Pada awalnya saya memanggil teman sekelasnya yang berdekatan dengan tempat tinggal Dion. Hal ini saya lakukan untuk mendapatkan informasi tentang sebab Dion sering tidak masuk sekolah. Untuk melengkapi informasi, saya juga memanggil Dion.
Dari beberapa sumber tersebut, saya mendapati penyebab ketidakhadiran Dion ke sekolah, yakni malas, sering terlambat bangun akibat kecapekan berlatihan karate, juga takut lantaran belum mengerjakan tugas. Keluarga jelas mempunyai peran penting dalam membentuk karakter anak didik.
Lingkungan keluarga yang salah akan menghambat perkembangan anak. Tragisnya, banyak orangtua yang beranggapan bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawa guru-guru di sekolah semata. Padahal, di dalam pendidikan ada tiga pilar yang harus berjalan seirama dalam mencapai kesuksesan mendidik anak: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Di keluargalah anak berhak mendapatkan pendidikan yang pertama dan yang paling utama. Masalah inilah yang dialami oleh Dion. Karena kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, Dion ‘memilih’ untuk tidak hadir ke sekolah.
Sebagai seorang guru saya tidak boleh putus asa dalam menghadapi masalah Dion. Saya harus mencari penyelesaian untuk mengatasi permasalahan Dion. Adapun penyelesaian yang saya lakukan adalah pertama-tama memberikan nasihat kepada Dion tentang betapa pentingnya bersekolah.
Berikutnya, saya mendatangi orangtua Dion untuk diajak bekerja sama dalam memotivasi dan memerhatikan anaknya. Orangtua Dion juga diminta untuk mendampingi anaknya ketika belajar ataupun mengerjakan tugas di rumah. Agar Dion tidak terlambat bangun, saya juga meminta orangtuanya untuk membatasi jam menonton televisi anak-anaknya.
Adapun untuk aktivitas berlatih karate, selain membatasi waktunya, saya juga meminta kepada orangtuanya untuk mengusulkan ke pelatih Dion agar memindahkan hari latihan saat Sabtu malam. Sebab, berlatih saat hari sekolah akan mengakibatkan Dion kecapekan.
Untuk lebih menyentuh emosinya, saya juga menceritakan kisah para nabi dan rasul. Melalui cerita perilaku nabi dan rasul, diharapkan dapat muncul sikap ikhlas dan kesediaan tanpa dipaksakan dalam diri Dion saat hadir ke sekolah.
Itulah pengalaman yang pernah saya alami dan lakukan dalam mengatasi permasalahan siswa yang jarang masuk ke sekolah. Alhasil, Dion kembali hadir dan rajin ke sekolah bersama teman-temannya. Dan saya berharap dengan cara serupa ini mampu memotivasi siswa-siswa saya di SDN 014 Gunung Belah untuk rajin hadir dan belajar ke sekolah menuntut ilmu.
[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Suprik]