Motivasi Mengajarkan Literasi

Saya sudah mengajar di SDN 264 Wawondula, Luwu Timur (Sulawesi Selatan) sejak 2008. Sudah tiga tahun terakhir ini saya dipercaya mengajar kelas 1. Pengalaman yang sudah saya rasakan di antaranya menghadapi anak-anak yang masih kurang menguasai literasi: membaca dan menulis.
Beberapa guru terkadang menolak untuk ditempatkan mengajar di kelas awal, khususnya kelas 1, karena menurut mereka terlalu berat tantangan yang harus dihadapi. Padahal, menurut saya, ini bukan tantangan, melainkan suatu motivasi untuk berbuat lebih lagi. Pada awal tahun pembelajaran memang masih sering ditemui anak-anak yang kesulitan membaca dan menulis walau mereka sudah melalui jenjang pendidikan taman kanak-kanak.
Pada tahun ajaran sebelumnya saya mempunyai beberapa anak didik yang masih kurang dalam membaca dan menulis. Setelah berlalu satu semester, mulai berkurang siswa yang tergolong kurang literasinya. Metode yang saya gunakan dalam pembelajaran saat itu adalah membaca berkelompok.
Saya membagi siswa ke beberapa kelompok. Di setiap kelompok saya memperlihatkan buku bacaan yang mempunyai banyak gambar. Dengan melihat gambar, anak-anak biasanya tertarik. Tujuan saya memang membuat mereka tertarik dulu, setelah itu barulah saya mulai memasuki dunia mereka. Setelah mereka mulai tertarik, saya pun mengajari mereka membaca kata demi kata, dimulai dari kata-kata yang sangat mudah sesuai gambar yang ada dalam buku tersebut.
Karena jam pembelajaran terbatas, saya juga memberikan pelajaran tambahan kepada mereka setelah jam pulang sekolah. Tentu saja dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada orangtua mereka. Dan orangtua mereka pun sangat setuju dengan adanya les tersebut. Les yang saya berikan ini tidak memungut biaya karena kegiatan ini bagian dari tugas dan tanggung jawab saya. Saya ikhlas melakukannya demi masa depan anak didik saya.
Metode yang saya gunakan dalam pembelajaran tambahan sama dengan pembelajaran pagi hari. Hanya ada beberapa hal yang saya tambahkan. Misalnya saya membacakan kata, dan mereka menulis kata tersebut. Dengan cara ini berarti saya sudah dapat menilai juga tulisan mereka. Setelah mendikte, saya kemudian memberikan buku lagi untuk dibaca. Untuk menulis awalnya saya membimbing mereka dengan memegangi tangan mereka satu per satu. Cara ini saya lakukan beberapa hari saja karena setelah itu mereka sudah dapat melakukan sendiri. Di antara mereka ada yang tulisannya sangat bagus dan rapi.
Semua usaha ini saya lakukan berulang-ulang selama beberapa minggu. Akhirnya, mereka berhasil dan ini semua tidak lepas dari dukungan Kepala Sekolah, rekan guru, dan juga orangtua siswa tentunya. Semua upaya ini menjadi pengalaman sekaligus pelecut motivasi saya bahwa dengan melakukan sesuatu dengan ikhlas pasti akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Saya juga harus terus berupaya menemukan kiat yang lebih jitu lagi ke depannya agar semakin banyak hal yang saya tahu.
Terima kasih kepada PT Trakindo Utama dan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa yang sudah mendampingi sekolah kami selama hampir tiga tahun. Bantuan buku yang diberikan kepada kami amat berguna dalam membantu meningkatkan kemampuan baca-tulis siswa, terutama siswa kelas 1.
[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Satriaugust P.]