Bersama-sama Menegakkan Kedisiplinan

Bersama-sama Menegakkan Kedisiplinan

Kehadiran Pendamping Sekolah rupanya mampu meraih simpati para siswa SDN 2 Maluk, Sumbawa Barat (Nusa Tenggara Barat). Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut siswa, terjalin hubungan yang sangat akrab antara mereka dan Pendamping Sekolah yang lama. Pendamping Sekolah mampu membuat mereka bersemangat belajar dan rajin ke sekolah. Hubungan yang baik ini ternyata berimbas pula pada Pendamping Sekolah selanjutnya, yakni saya. Berkat kerja keras dan ikhlas Pendamping Sekolah sebelumnya, hubungan akrab ini terus terjalin antara siswa dan siswa, serta siswa dan saya.

Namun, terkadang ada saja kendala yang harus dihadapi saat bertugas. Siswa tak lagi siswa yang lama, tak terkecuali guru. Banyak guru baru di sini, bahkan hampir setiap enam bulan sekali selalu saja ada pergantian guru di SDN 2 Maluk. Logis saja bila permasalahan kedisiplinan pun hadir seiring berbedanya siswa dan guru. Dan inilah yang menjadi tugas saya untuk memecahkan persoalan yang muncul kembali semisal siswa yang absen tanpa alasan jelas atau siswa yang berminggu-minggu tak kunjung hadir ke sekolah.

Enam bulan bertugas, saya mendapati fakta menarik berupa kecenderungan siswa untuk ‘fanatik’ pada wali kelasnya. Ini terlihat jelas pada beberapa kejadian di sekolah. Jika ada guru yang menegur siswa yang bukan binaan kelasnya, bersiap saja ia diabaikan. Teguran dan nasihat hanya berlalu begitu saja.

Dewan guru bahkan Kepala Sekolah sudah mengetahui persoalan ini, dan berusaha mencarikan solusinya. Sebagai pendamping, upaya pertama yang saya lakukan untuk membantu mengatasi masalah tersebut adalah masuk ke dunia siswa. Saya berupaya mendengarkan semua keluhan siswa, dan berusaha tidak menyalahkan mereka meski sebenarnya yang dilakukannya itu kurang baik.

Langkah berikutnya, saya berusaha membangun jaringan dengan guru-guru, terutama guru wali kelas, dengan berusaha membantu sebagian pekerjaannya yang belum mampu diselesaikan. Misi saya sebenarnya adalah ingin belajar taktik atau rahasia apa yang menyebabkan anak-anak muridnya begitu sayang hingga terkesan ‘fanatik’.

Campur tangan kepala sekolah jelas dibutuhkan. Saya kemudian bertukar pendapat dengan Kepala Sekolah agar lebih menekankan guru dan siswa dalam berdisiplin. Dan jaringan disiplin terkecil ini berawal dari kelas. Hasilnya, Kepala Sekolah hingga saat ini selalu aktif menanyakan siswa yang tidak hadir di kelas, termasuk siswa yang absen karena sakit, tanpa keterangan, ataupun izin.

Imbas berikutnya, secara mandiri guru-guru kelas selalu aktif mengisi absensi kelas dan selalu aktif menanyakan kehadiran dan perkembangan siswanya. Bahkan sudah ada wali kelas yang aktif mengunjungi rumah orangtua atau wali siswa dan memberitahukan perkembangan anaknya.

Selanjutnya, saya dan Kepala Sekolah ingin memperkuat disiplin ini menjadi kebiasaan guru dan siswa. Saya ingin adanya jalinan yang baik dan erat di antara warga sekolah. Bentuknya berupa ajang perlombaan dari hasil dari program pendampingan selama tiga tahun ini. Misalnya lomba kegiatan literasi antarkelas, cerdas cermat, menggambar, mewarnai, baca puisi, bercerita, dan dai cilik.

Melalui ikhtiar ini saya berharap, semoga terus terbangun kebersamaan di SDN 2 Maluk setelah program pendampingan berakhir. Dengan begitu, setiap warga sekolah tahu pentingnya peran mereka untuk kemajuan sekolah; kemajuan yang hakikatnya untuk mereka sendiri.

[Disalin dari Buku “Bagimu Negeri, Kami Setia Mengabdi”, DD Press. Penulis: Dewi Febriani]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares