Menjadikan Hijau Sesungguhnya

Kalau Green School dimaknai harfiah sebagai ‘sekolah yang hijau’, sekolah kami sebenarnya sudah menyandang predikat ini. Ini lantaran sekolah kami memang sudah hijau oleh empat pohon mangga yang tumbuh besar di halaman sekolah. Tiap tahunnya keempat pohon ini selalu berbuah dengan rasa yang sangat manis. Sampah dedaunan yang berserakan pun
rajin kami bersihkan.
Kalau sekadar hijau dengan pengertian di atas, untuk apa ada pendampingan dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa dan PT Trakindo Utama? Iya, kami memang berhasil menghijaukan dengan adanya pepohonan mangga dan dedaunannya yang rutin dibersihkan, tapi belum dengan aspek kebersihan dan keasrian lingkungan sekolah. Lain ketika setelah ada Program Pendampingan Sekolah, SDN 09 Ulakan Tapakis kelihatan asri,bersih, dan berseri.
Tidak semata karena empat pohon mangga tadi. Selain itu, sanitasi sekolah lebih terawat. Sekolah kami punya wastafel di setiap kelas yang tetap dijaga kebersihannya. Sekolah kami juga punya kamar mandi dan WC. WC untuk guru ada 3 kamar, untuk siswa ada 3 kamar semua dijaga kebersihannya oleh petugas piket dari siswa dan juga guru. Yang paling penting dari kegiatan Sekolah Ramah Hijau ini adalah semua bahu-membahu menjaga kebersihan.
Taman yang terbatas kami usahakan untuk ditanami berbagai macam tanaman bunga yang dibawa oleh siswa dan guru. Sekarang saya dan Ibu Fatmawati mencoba untuk menerapkan ilmu yang kami timba ketika kami berdua dipilih mewakili sekolah dalam pertemuan guru se-Indonesia di Jakarta yang difasilitasi PT Trakindo Utama. Kunjungan ke sekolah dasar percontohan Green School di Jakarta dan Bogor menginspirasi kami untuk melakukan hal serupa dalam menangani sampah.
Kami dan juga siswa memanfaatkan sampah daun untuk dimanfaatkan sebagai pupuk. Sampah daun mangga dikumpulkan pada sebuah lubang yang ada di belakang sekolah yang selanjutnya akan diolah menjadi pupuk organik untuk tanaman di halaman.
Selain itu, kami juga sudah menanam beberapa tanaman apotek hidup dan warung hidup dengan memanfaatkan tanah yang masih ada di sekitar perkarangan sekolah. Tanaman yang sudah ditanam dijaga kesuburan dan kebersihannya oleh kelompok kerja (pokja) yang telah dibentuk kelompoknya oleh Ibu Fatmawati. Adapun penanggung jawab dan pengontrol kerja pokja adalah beberapa orang guru yang ditunjuk.
Dalam usaha penanaman, kami sesungguhnya berjuang keras. Kami bahu membahu menanam beberapa bibit tanaman namun gagal karena faktor tanah yang berbatu dan kurangnya cahaya matahari. Kegagalan yang ada menjadi pelajaran untuk terus merawat lingkungan sekolah.
Alhamdulillah, kumis kucing, kencur, cocor bebek, lengkuas, terong, cabe, dan masih banyak lagi, dapat hidup baik. Semoga demikian untuk tanaman lainnya. Tampaknya semua memang butuh proses dalam mewujudkan impian kami sebagaimana semangat menggebu kami setelah kunjungan ke Ibu Kota dan Bogor.
[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 1”, DD Press. Penulis: Wiwik Krismita]