Maju dari Keterbatasan

Tahun 1989 sampai 1991, saya menjabat sebagai guru honor di SDN 007 Sangatta. Pada saat itu saya masih bingung dengan cara berbahasa warga setempat yang berbeda dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Saya pun belajar mengikuti bahasa Indonesia dialek setempat. Bergantinya waktu, saya pun mulai bisa berbahasa Indonesia dengan dialek setempat.
Tahun 1991 saya diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil untuk daerah terpencil. Tahun 1991 sampai 1998 saya bertugas di SDN 027 Sangatta. Mulai 1998, saya bertugas di SDN 027 Kabo Jaya di bawah pimpinan Pak Suwardi.
Walaupun serba kekurangan, kami bahu-membahu untuk membangun sekolah ini. Ketika itu gedung sekolah masih
menumpang di balai desa. Masyarakat pun setiap Minggu bergotong-royong untuk membenahi gedung. Sampai akhirnya salah satu warga, Pak Darwis, menghibahkan sebidang lahan yang diperuntukkan bangunan sekolah. SDN 027 pun berubah menjadi SDN 016, dengan masih dipimpin oleh Pak Suwardi.
Dalam perkembangan selanjutnya, SDN 016 berubah menjadi SDN 003, dengan pimpinan Pak Irham. Sekolah ini pun semakin berkembang. Beliaulah yang mendukung guru-guru untuk mengikuti program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Setelah Pak Irham tidak lagi menjabat sebagi kepala sekolah, Pak Jamaluddin menjadi pimpinan kami sampai sekarang.
Pada era kepemimpinan Pak Jamaluddin inilah sekolah mendapatkan program pendampingan dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa bekerja sama dengan PT Trakindo Utama. Adanya program pendampingan ini turut membantu saya dan para guru yang lain dalam peningkatan kualitas pembelajaran; mulai dari pembuatan display kelas sampai program–program lain untuk peningkatan diri guru.
[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 1”, DD Press. Penulis: Linda Lumban Tobing]