Mengubah Pembinaan Peserta Lomba

Kami, para guru SDN 40 Pangkalpinang, harus kembali berjibaku. Mempersiapkan Ujian Nasional sembari berpartisipasi dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Sekolah kami tidak hanya ingin sebagai penggembira, tapi juga mendapatkan hasil maksimal. Saya pun teringat pada salah satu isi artikel Pendamping Sekolah kami. “Mencetak seorang juara itu tidak cukup lima hari.”
Artikel ini ditulisnya ketika mendampingi siswa kami ikut lomba pidato. Selama ini saya sering mengantar siswa berlomba, tapi tanpa membimbingnya dan hasilnya selalu kalah. Saya tersadar bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu pembinaan terlebih dahulu. Inilah yang kemudian kami lakukan untuk mengoreksi cara membimbing selama ini. Misalnya, dalam memilih peserta lomba saya hanya menunjuk siswa tertentu kemudian mengantarnya ke tempat perlombaan.
Perbaikan pun dimulai. Untuk bisa bersaing dengan sekolah lain di tingkat kota, atau lebih luas lagi sampai tingkat nasional, kami perlu program pemetaan dan pembinaan bakat siswa sejak kelas 3. Mereka kami bimbing selama lima semester. Setiap tahunnya kami coba mengikutsertakan mereka dalam perlombaan. Tujuannya untuk melatih siswa berani tampil, baik di tingkat kecamatan maupun kota. Setiap semester juga harus diadakan lomba di tingkat sekolah kami sendiri.
Puji syukur, pembinaan yang kami lakukan membuahkan hasil. Tidak sekadar pengalaman, tapi juga raihan gelar juara dalam O2SN dan FLS2N.
[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 1”, DD Press. Penulis: Pardi Mantowiyono]