Mengubah Kebosanan di Kelas

Mengubah Kebosanan di Kelas

Saya sangat bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besarnya dengan adanya pendampingan dari PT Trakindo Utama dan Dompet Dhuafa. Saya mendapatkan pengalaman dan pelatihan-pelatihan yang sangat membantu saya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.

Pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan merupakan\ kebutuhan yang sangat diharapkan dan dinanti-nantikan. Ada akselerasi cara mengajar berparadigma baru, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKIEM) yang disertai dengan pendidikan berkarakter, hingga Training for Trainer. Saya merasa sangat senang mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut karena hasilnya mengubah paradigma saya tentang cara mengajar di kelas.

Sebelum saya mendapatkan pelatihan, para siswa tampak kurang bersemangat mengikuti pembelajaran di kelas. Setelah saya mengikuti pelatihan, banyak perubahan yang terjadi, baik untuk saya pribadi ataupun para siswa. Pengalaman berharga ini akan saya jadikan sebagai titik awal untuk melangkah maju ke depan. Saya berjanji dalam diri saya untuk mengamalkan dan menyebarluaskan ilmu yang diperoleh tersebut demi meningkatkan kualitas pendidikan dan terciptanya pembelajaran dan pelayanan yang optimal bagi siswa.

Pembelajaran di kelas yang membosankan berpengaruh besar bagi siswa. Ada pengalaman menarik tentang hal ini. Salah seorang siswa saya sering bertingkah demi mendapatkan perhatian guru-gurunya. Mulai dari penampilan berpakaian, cara belajar, sedisiplin, hingga cara bergaul. Suatu hari, saat jam belajar selesai, saya terpaksa menahannya seorang diri di kelas, sementara siswa lain sudah diperbolehkan untuk pulang.

Kepadanya saya tanyakan berbagai hal, khususnya tentang kedisiplinan dan cara belajarnya. Dia menjawab dengan bermacam-macam alasan: bosan, capek, malas, jenuh. Tapi, satu jawaban yang mengagetkan saya. “Saya senang pelajaran olahraga, Bu. Tidak membosankan!” Jawabnya jujur.

Mendengar jawabannya, saya teringat materi pelatihan. Untuk mengajar saya bisa menggunakan berbagai metode dan model-model pembelajaran yang melibatkan visual, auditorial, dan kinestetik, selain juga adanya eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Siswa ini contoh menarik untuk saya jadikan bahan praktik ilmu yang didapat selama pelatihan.

Benar saja, dari hari ke hari saya melihat ada peningkatan pada siswa itu. Kemauan dan semangat untuk mengikuti pelajaran lain di luar olahraga mulai muncul. Dengan adanya motivasi, bimbingan, arahan, serta cara mengajar dengan PAIKEM, akhirnya saya dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi semua siswa, termasuk siswa tadi. Ketika ada perlombaan mengarang dan membuat puisi serta melukis yang diselenggarakan oleh Makmal Pendidikan bersama Trakindo, anak-anak didik saya begitu antusias dan bersemangatnya untuk ikut serta.

Keikutsertaan dengan antusias saja sudah menerbitkan kebahagiaan yang luar biasa untuk saya. Hasilnya, tanpa disangka-sangka, puji syukur, anak-anak didik saya itu meraih Juara I dan III untuk lomba mengarang, Juara II untuk lomba menulis puisi, dan Juara II untuk lomba melukis.

Dari pengalaman berharga ini saya bisa menarik kesimpulan bahwa keberhasilan kegiatan belajar-mengajar di kelas bergantung pada bagaimana pendidik menciptakan kiat-kiat atau pendekatan-pendekatan untuk anak didik agar merasa senang saat proses belajar berlangsung. Menjadikan siswa senang berada dalam proses pembelajaran itu sangat penting. Semoga Tuhan tetap menyertai saya dalam menjalankan proses ini sehingga saya senantiasa memberikan manfaat bagi nusa dan bangsa menuju Indonesia yang lebih cerdas dan berkarakter.

[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 2”, DD Press. Penulis: Natalina Manya]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares