Kesaksian Perintis

Desember 1997 saya mulai mengajar di SD Filial Teluk Lingga yang terletak di Kabo Jaya sebagai guru honorer. Saya guru pertama atau guru perintis di sekolah itu. Saya mengajar kelas 1 dan 2 yang semuanya berjumlah 43 siswa. Kurang lebih satu tahun hanya saya sendiri yang mengajar di sana.
Selama mengajar seorang diri itu, saya selalu memohon kepada Tuhan yang Mahaesa agar saya selalu diberikan kesehatan yang cukup. Seandainya kesehatan saya terganggu karena sakit, kasihan anak-anak didik saya. Tidak ada yang mendidik dan mengajari mereka. Kita dapat membayangkan jika hal ini terjadi siapa yang melihat anak-anak jika tidak ada gurunya di sekolah.
Saya tinggal kompleks perumahan KPC. Setiap hari saya menunggu bus KPC untuk ke Kabo Jaya karena tidak ada kendaraan kalau pagi-pagi yang mau ke Kabo Jaya. Ketika itu saya juga tidak memiliki kendaraan bermotor sendiri. Begitulah setiap hari rutinitas saya, sampai saya putuskan untuk mencari rumah kos di Kabo Jaya mengingat susahnya transportasi dari Sangatta Baru ke Kabo Jaya dengan gaji yang berjumlah 100 ribu per bulan.
Saat penerimaan siswa baru kelas 1, saya pun masih sendiri sebagai guru. Jumlah kelas saat itu ada tiga rombongan belajar dengan jumlah murid kurang lebih 65 orang. Yang sering saya ingat waktu itu adalah saat Senin tiba. Saya bersama-sama anak kelas 1 sampai kelas 3 bertindak sebagai petugas upacara bendera di halaman kantor desa Swarga Bara. Saya sebagai pembina upacara, sedangkan siswa kelas 3 sebagai petugas upacara dan kelompok paduan suara.
Ketika mengadakan upacara bendera kami sering menjadi tontonan masyarakat atau karyawan yang pulang kerja. Saya sering ditanya warga di sana, “Kok Ibu Guru sendirian mengadakan upacara bendera?” “Biarpun saya sendirian, saya tetap melaksanakan upacara bendera,” jawab saya. “Saya tetap akan menanamkan sifat-sifat perjuangan para pahlawan
yang telah gugur demi nusa dan bangsa kepada para siswa.”
Beberapa waktu kemudian, dinas Pendidikan mendatangkan kepala sekolah. Beliau bernama Bapak Suwardi, yang bertempat tinggal di Sangatta Selatan. Beliau pergi dari rumahnya ke sekolah selalu menggunakan sepeda onthel. Tatkala hujan turun bahkan banjir yang meluap pun beliau tetap datang ke sekolah! Saat banjir besar, beliau bersama sepedanya dinaikkan oleh sekuriti KPC ke mobil truk.
Pada tahun berikutnya jumlah peserta didik kembali bertambah. Jumlah gurunya pun bertambah. Pihak KPC membuatkan tiga lokal ruangan kelas yang terletak di SDN 003 Sangatta Utara sekarang. Saat itu jalan raya belum ada, yang ada jalan setapak untuk menuju lokasi sekolah. Jadi, saat itu ada dua lokasi sekolah kami, yaitu di kantor desa Swarga Bara dan di gedung baru yang dibuatkan KPC. Jarak keduanya kira-kira dua kilometer.
Sekolah yang baru itu masih berupa rawa. Banyak kayu gelondongan besar-besar. Jika banjir besar, ruangan kelas pun penuh dengan air sehingga proses belajar-mengajar terpaksa dibubarkan. Nama sekolah pada waktu itu bukan lagi SD Filial, tetapi sudah berubah berstatus negeri dengan nama SDN 027 Sangatta Utara.
Tahun 2001 saya mengikuti tes calon pegawai negeri sipil, dengan hasil saya dinyatakan lulus menjadi pegawai dan ditempatkan di SDN 027 Sangatta. Jumlah guru saat itu sebanyak tujuh orang, sudah termasuk kepala sekolah. Beberapa waktu kemudian dinas pendidikan setempat membangunkan lagi tiga lokal ruangan sehingga seluruh ruangan di SDN 027 Sangatta Utara bertambah menjadi enam. Setelah lokasi SDN 027 ini menjadi satu lokasi, semua siswa dipindahkan ke lokasi gedung sekolah yang baru.
Sekitar dua tahun sekolah kami menyandang nama SDN 027. SDN 016 Sangatta Utara menjadi nama baru sekolah kami. Bapak Suwardi diangkat menjadi pengawas sehingga dipilihlah lagi penggantinya oleh dinas pendidikan. Namanya Bapak Irhamsyah, beliau juga sangat baik dan bijaksana terhadap para guru beserta seluruh pegawai yang ada di sekolah.
Selama Bapak Irhamsyah menjabat kepala sekolah di Kabo Jaya, ada tambahan gedung lagi sebanyak lima lokal ditambah WC murid dan guru masing-masing dua unit. Jumlah gurunya pun bertambah menjadi 18 orang. Nama SDN 016 diganti lagi menjadi SDN 003 Sangatta Utara. Setelah Bapak Irhamsyah ditugaskan ke sekolah lain, Bapak Jamaluddin menggantikannya. Pada masa beliau, sekolah kami mendapatkan program pendampingan dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa dan PT Trakindo Utama. Bangunan sekolah yang ada diperbaiki hingga akhirnya tampak hijau asri seperti baru.
[Disalin dari Buku “2 Menyibak Mutu Pendidik Jilid 2”, DD Press. Penulis: Ribka A.]