Belajar ke Sekolah Adhiwiyata

Belajar ke Sekolah Adhiwiyata

Kamis tanggal 9 Januari 2014, saya dan para guru di SDN Lalareun diajak oleh pendamping sekolah Irman Parihadin untuk melakukan Study Banding ke sekolah yang sudah mendapatkan predikat Adhiwiyata Mandiri dari Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Nama sekolah yang akan kami kunjungi adalah Sekolah Dasar Negeri Bantarjati IX di Kota Bogor Jawa Barat.

Sebelum pemberangkatan, pendamping sekolah meminta kepada para guru untuk menyiapkan diri, baik fisik maupun non-fisik dalam melakukan study banding kali ini. Study banding ini merupakan sebuah jalan bagi SDN Lalareun untuk mengambil Ilmu dari sekolah yang sudah mendapatkan predikat Adhiwiyata Mandiri.

Meski perjalanan yang kami tempuh cukup jauh, namun di dalam perjalanan, kami beserta para guru merasa gembira dan saling bercanda. Uniknya, sebagian guru yang biasanya mengidap mabok perjalanan, namun dalam perjalanan kali ini tidak ada yang mabok satu pun. Bahkan mereka bisa tertawa riang bersama guru-guru yang lain. Sebelumnya pendamping sekolah sudah berpesan agar kami para guru menyiapkan berbagai pertanyaan yang akan disampaikan kepada para guru di SDN Bantarjati IX tentang bagaimana membangun sekolah berwawasan lingkungan.

Sesampainya kami di Bogor, kami dipersilakan untuk beristirahat semalam di Paviliun Bumi Pengembangan Insani Bogor. Setelah shalat subuh dan mandi, perjalanan menuju SDN Bantarjati IX kami teruskan. Di sekolah tersebut, kami disambut dengan nyanyian dan yel-yel lingkungan hidup oleh para siswa. Mereka sangat bersemangat dalam menyanyikan lagu-lagu tersebut. Kemudian, kami diajak untuk berdiskusi bersama para guru SDN Bantarjati IX.

Dalam diskusi tersebut, kami mendapatkan beberapa materi yang diberikan oleh staf guru SD Negeri Bantarjati IX. Salah satunya adalah menyatukan visi dan misi antara sekolah, wali siswa atau komite, dan warga masyarakat. Menurut penuturan Ibu Eli yang mewakili guru-guru dari SDN Bantarjati IX, dahulunya sekolah ini adalah sekolah yang gersang.

Bahkan Kepala sekolah SDN Bantarjati IX menjulukinya PAGER KUMIS yang merupakan akronim dari Panas Gersang Kumuh dan Miskin. Namun, berkat semangat, kerja keras, dan kerja sama semua lapisan guru, masyarakat, dan wali siswa, sekolah ini menjadi sekolah yang RINDU ASRI yakni Rindang, Teduh, dan Asri. Untuk membangun sekolah dari PAGAR KUMIS menuju RINDU ASRI bukan semudah membalikkan telapak tangan.

Diperlukan kerja keras dan pengorbanan dari semua staf guru di SDN Bantarjati IX. Banyak hal yang harus para guru ubah, terutama pola pikir para guru itu sendiri. Dan yang lebih penting adalah adanya tujuan yang terfokus oleh sekolah, seperti SDN Bantarjati IX yang memfokuskan diri untuk menjadi sekolah Adhiwiyata Mandiri. Oleh karena itu, semua hal yang ada di sekolah ini selalu berhubungan dengan hal-hal seputar kelestarian lingkungan hidup.

Di kelas, para guru terus menanamkan karakter cinta akan lingkungan. Di komite, wali siswa memberikan sumbang saran dan bantuan kepada sekolah untuk menjadikan sekolah ini sekolah yang berwawasan lingkungan. Dan untuk meyakinkan kepada para orangtua bukanlah perkara yang mudah. Banyak pendekatan yang dilakukan, sehingga orangtua mau datang ke sekolah dan melihat langsung keadaan sekolah.

Pemaparan yang panjang dari Ibu Eli membuat saya dan para guru bertekad untuk melakukan apa yang dilakukan oleh SDN Bantarjati IX, bahkan akan berusaha untuk lebih daripada SDN Bantarjati IX. Sebab, tujuan study banding ini memang untuk mengetahui kelebihan suatu sekolah, mengadopsi ilmunya, lalu menerapkannya di sekolah sendiri.

Oleh karena itu, kami mencoba untuk bisa lebih baik daripada sekolah yang kami kunjungi ini. Dari study banding itu, kami semakin tahu pentingnya menanamkan kepedulian lingkungan kepada para siswa sekolah dasar. Dari study banding ini pula kami semakin sadar pentingnya menjaga lingkungan sekolah. Buah tangan dari perjalanan study banding ini adalah ilmu yang sangat banyak tentang sekolah berwawasan lingkungan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah saya. Dan, buah tangan ilmu itu lebih penting daripada harta.

[Disalin dari Buku “Sekolahku Hijau, Sekolahku Memukau”, DD Press. Penulis: Nur Annafiah, S.Pd.]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares