Menjadi Kreatif Dengan Sampah

Setiap hari, kita melihat sampah berserakan di mana-mana. Bahkan di sebuah lembaga pendidikan bernama sekolah pun, sampah tetap terlihat banyak berserakan. Hal ini disebabkan pola pikir kita yang kurang peka terhadap keberadaan sampah di sekitar kita.
Banyak dari kita yang memandang bahwa sampah itu sangat menjijikan dan harus dibuang ke sungai atau dibakar di tempat sampah. Namun, perilaku membuang sampah ke sungai dan membakarnya justru malah akan menimbulkan masalah baru. Membuang sampah ke sungai, selain menjadikan sungai kotor ternyata juga menjadi penyebab mudah terjadinya banjir. Ini disebabkan oleh tersumbatnya aliran air oleh sampah-sampah yang dibuang masyarakat. Begitu pun jika sampah tadi dibakar, dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan akibat asapnya sering terhirup. Menyikapi hal ini, saya sebagai guru merasa bertanggung jawab untuk ikut membenahinya. Saya ingin agar sampah itu bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna. Jadi, sampah tidak terbuang sia-sia.
Ketika sekolah mendapatkan program Sekolah Berwawasan Lingkungan dari PT. Pertamina Area Kamojang. Seolah ada angin segar bagi saya untuk ikut serta menyelesaikan permasalahan sampah. Sebagai guru saya memiliki peranan besar dalam mengubah pola pikir anak didik saya untuk bisa menjadikan sampah menjadi bahan yang bisa didaur ulang dan bernilai ekonomis tinggi. Apalagi sebagai guru kelas satu, saya merupakan gerbang utama bagi para siswa mengenal dunia sekolah.
Program Sekolah Berwawasan Lingkungan yang digagas oleh PT. Pertamina yang bekerja sama dengan DD Corpora dan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa ternyata mengadakan pelatihan kepada para guru di sekolah kami, yakni SDN Lalareun dalam hal pemanfaatan sampah organik dan an organik. Dalam pelatihan tersebut, saya belajar bagaimana membuat barang bekas dari bungkus kopi dan mi instan menjadi bahan yang layak untuk digunakan kembali seperti tas dan tempat pensil.
Setelah mendapatkan pelatihan dari para trainer Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa tentang pemanfaatan sampah, saya beserta para siswa kelas satu berusaha untuk memanfaatkan sampah dan membuatnya menjadi wahana kreasi siswa di kelas. Para siswa saya ajak untuk membuat beragam karya dari sampah. Saya meminta para siswa untuk memungut sampah yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan kerajinan di sekolah.
Hal ini saya lakukan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan membuat hasil kreasi dari bahan bekas. Kesempatan ini pun menjadi ajang kreativitas bagi anak-anak didik saya. Beberapa barang bekas yang dikumpulkan oleh para siswa yang ditemukan di sekitar SDN Lalareun dikumpulkan di kelas. Ada kardus bekas, botol air mineral, bungkus bekas mie instan dan kopi, semuanya dikumpulkan oleh para siswa.
Dengan barang-barang tersebut, para siswa saya ajak untuk membuat pigura dari kardus, tempat tisu, dan mobil-mobilan dari botol minuman. Saya melihat para siswa sangat serius dan antusias membuat aneka kerajinan dari bahan bekas ini. Setelah selesai membuatnya, mereka sangat gembira. Terlebih nilai mata pelajaran SBK saya kasih tinggi.
Dengan memanfaatkan bahan bekas dari sampah ini, saya berusaha untuk mengasah kreativitas para siswa. Dengan ilmu yang saya dapatkan dari pelatihan, saya berusaha untuk menularkannya kepada para siswa. Dari sini pula, saya menjadi tahu bahwa kita sebaiknya tidak meremehkan hal-hal yang bernilai rendah seperti sampah. Buktinya, saya dan anak didik bisa membuat aneka kreasi dengan menggunakan media sampah. Aneka kerajinan tersebut bisa dipajang di kelas hasil kreasi para siswa.
Tentu saja, ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi para siswa. Melalui media sampah, saya menjadi tahu bahwa siswa kelas satu lebih senang membuat aneka kreasi daripada mendengarkan ceramah dari gurunya. Sehingga ketika ada pelajaran SBK dan membuat kerajinan, anak-anak akan sangat senang untuk melakukannya. Sampah itu berkah bukan musibah. Itulah slogan yang selalu saya tanamkan kepada diri saya dan anak-anak didik.
Pelatihan dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa membuat saya menjadi ingin terus berkreasi dengan menggunakan media sampah. Saya berharap, agar semua guru bisa memanfaatkan sampah ini sebagai media pembelajaran di kelas.
[Disalin dari Buku “Sekolahku Hijau, Sekolahku Memukau”, DD Press. Penulis: Wiwi Sulastri, S.Pd.]