Bank Sampah

Sampah sering kali hanya dipandang sebagai barang tidak berharga. Hampir semua manusia di jagat raya ini mencerca sampah. Dari mulai orang tua hingga anak-anak sangat membenci sampah. Bagaimana tidak, setiap hari di media-media cetak dan elektronik ramai-ramai “melaknat” sampah sebagai biang keladi dari semua bencana di berbagai tempat di Nusantara. Masih segar dalam ingatan kita, warga Jakarta yang setiap musim penghujan selalu dikunjungi banjir. Kita tahu dampak yang ditimbulkan amat beragam—dan itu merugikan—di antaranya: kekurangan air bersih, munculnya berbagai macam penyakit, juga kerugian material dan imaterial.
Dengan fakta ini, semua orang ramai-ramai memaki sampah. Padahal, manusialah yang menjadi penyumbang menumpuknya sampah di negeri ini. Sungguh, amat terzalimi menjadi sebuah makhluk bernama sampah. Melihat fenomena di atas, harus ada sebuah sistem yang bisa mengelola sampah secara baik dan berkesinambungan. Slogan bahwa sampah adalah musuh masyarakat harus segera diubah menjadi sampah adalah berkah bagi masyarakat dan kehidupan karena tidak ada satu pun benda yang Allah ciptakan kecuali ada manfaatnya—sekecil apa pun.
Hal ini pula yang tengah digencarkan oleh SDN Kamojang. Berkat bantuan dari CSR PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang yang bekerja sama dengan DD Corpora dan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa, dibangunlah sebuah wadah bernama Bank Sampah. Bank yang sedianya akan menampung sampah dan mengelolanya secara profesional.
Bank sampah adalah sebuah solusi terbaik dalam mencegah volume sampah yang menumpuk tak terkendali. Sekolah
yang merupakan sarana terbaik dalam membangun peradaban manusia adalah tempat yang sangat cocok untuk memberikan pemahaman yang baik kepada para generasi bangsa tentang pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.
Tak hanya itu, agar generasi mendatang bisa terbebas dari jeratan sampah, bahkan sebaliknya menuai berkah dari adanya sampah. Bank sampah SDN Kamojang ini sepenuhnya dikelola oleh para siswa dan guru. Program ini bertujuan agar tercipta sebuah tradisi atau budaya positif di sekolah dalam mengelola sampah. Sebuah tradisi yang arif dan bijak dalam mengelola sampah agar bisa menuai berkah.
Sistem yang dibangun dalam Bank Sampah tak ubahnya seperti mengelola uang nasabah di bank. Bedanya, Bank Sampah berbentuk sampah, bukan uang. Namun, pengelolaannya sama dengan mengelola uang. Jadi, ketika ada nasabah yang menabung sampah akan mendapatkan buku tabungan yang nantinya akan diganti dalam bentuk uang atau bahan-bahan keperluan siswa dalam menjaga lingkungan.
Salah satu tujuan utama dibentuknya Bank Sampah ini adalah untuk memacu siswa lebih giat menjaga lingkungan sekitarnya dari sampah-sampah yang berserakan. Sebagai bentuk pendampingan, para guru juga menyertai para siswanya dalam mengelola Bank Sampah sehingga tetap ada nilai edukasi yang didapatkan oleh para siswa.
[Disalin dari Buku “Hijau Hebring di Kamojang”, DD Press. Penulis: Irman Parihadin]
Pernah melakukan ini……dan akan menggiatkannya kembali pasca Pandemi….
Masya Allah. Moga semakin sukses, dan moga pandemi segera berhenti.