Kurangkai Alat Peraga Untuk Siswa Cerdasku

Kurangkai Alat Peraga Untuk Siswa Cerdasku

Pertama diangkat menjadi guru, aku di tempatkan di Desa Totu Kecamatan Pulau Haruku Maluku. Semula, aku beranggapan desa itu dekat dengan kota kecamatan, tapi apa yang kuimpikan itu jauh dari kenyataan. Sekolah tempatku mengajar letaknya di hutan, tidak ada penduduk yang beraktifitas di sana, di sekolah tersebut aku di amanahkan untuk mengajar kelas satu.

Pada awal tugas mengajar di pelosok Totu, aku mulai mengadakan aktifitas mengajar. Namun, pada saat aku memberikan pelajaran selalu mengalami kesulitan karena pada waktu itu, sistem mengajarnya hanya menggunakan buku paket. Rutinitas mengajar tersebut sudah aku lakukan selama sepekan. Tetapi anehnya, tidak ada satu orang siswa pun yang mengenal huruf. Bagiku yang baru mengenal sekolah tersebut, hal ini menjadi beban dalam mendidik anak-anak.

Dengan adanya masalah tersebut aku jadi berpikir, bahwa tidak mudah menjadi seorang guru. Setiap kali tidur selalu terbayang dalam mimpi bagaimana membuat para siswa jadi mengenal huruf dan tahu membaca. Kuterbang dari mimpiku, di saat itu juga kumulai merangkai alat peraga sesuai dengan kebutuhan siswa-siswiku. Alat peraga yang kurangkai sederhana saja, bahan-bahannya kertas HVS, lem, dan karton bekas. Dengan semua bahan ini, kumulai membuat alat peraga dengan menulis huruf, kata dan kalimat kemudian kupisahkan huruf, kata dan kalimat tersebut.

Waktu pun berlalu, dua pekan terlewati, kecemasanku semakin mengganggu pikiranku. Aku selalu bertanya pada diri sendiri, mampukah aku menjadi guru dan membuat siswa-siswiku mengenal huruf dan bisa membaca? Tanpa kusadari, alat peraga yang kubuat sudah siap kugunakan. Mulai saat itu juga aku mengubah pola mengajar, aku mulai mengajar dengan menggunakan alat peraga. Sejak menggunakan alat peraga, siswa-siswiku jadi termotivasi dan bersemangat dalam belajar serta cepat mengenal huruf sampai pada akhirnya semua siswaku bisa membaca.

Apa yang kucemaskan pada waktu itu, terbayarlah sudah. Ternyata mengajar dengan menggunakan alat peraga sangat bermanfaat dalam membangkitkan semangat siswa dan membantu guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan.

Semangat Membuat Alat Peraga

Pengalaman mengajar di pelosok desa Totu membuat aku semakin ingin memperdalam ilmu membuat alat peraga. Setelah aku di pindah tugaskan di Desa Tulehu tepatnya di SD Negeri 8 Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, ternyata permasalahan pembelajaran hampir sama dengan yang aku temui di sekolah sebelumnya. Namun, saya tidak pantang menyerah dalam menghadapi kondisi tersebut.

Hingga tidak terasa, tahun pun berlalu begitu cepat, tepat pada tahun 2010 Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI-DD) Jakarta menugaskan seorang ibu untuk mendampingi sekolah kami. Dengan kehadiran ibu Rodiannauli Pane dari LPI tersebut, pengalaman membuat alat peraga semakin bertambah. Berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh aku dan parabsiswa bisa membuat alat peraga sederhana, seperti membuat kubus dan balok dari karton manila serta bangun datar lainnya maupun alat peraga pada mata pelajaran IPA maupun pada bidang studi yang lain.

Sebagai guru, saya menyadari betapa pentingnya memberikan pelajaran disertai alat peraga, karena kita dapat mendemonstrasikan konsep yang abstrak ke dalam bentuk visual. Melalui penggunaan alat peraga kita dapat menciptakan pembelajaran yang efektif juga dapat membangkitkan minat siswa untuk dapat berkonsentrasi pada pelajaran.

Selain itu, dengan adanya alat peraga mendorong anak untuk kreatif dalam memahami suatu materi ajar. Seperti alat peraga dalam materi pasar pada mata pelajaran IPS misalnya, anak akan diarahkan pada alat peraga dengan menggunakan setiap siswa sebagai alat peraga. Dalam materi pasar ini, anak akan dituntut dan diarahkan untuk bermain peran. Sehingga secara tidak sadar anak akan merasakan bahwa ini suatu permainan. Padahal pada hakikatnya alat peraga dengan bermain peran ini merupakan proses pembelajaran.

Kondisi tersebut membuat anak seolah-olah sedang bermain. Tetapi permainan mereka adalah permainan yang mengundang banyak ilmu. Bahkan menurut Thomas Armstrong dalam bukunya “Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendekia Seutuhnya” bahwa proses bermain peran yang merupakan bagian dari alat peraga dan juga model pembelajaran, memiliki arti penting bagi perkembangan anak. Karena permainan anak adalah satu-satunya cara terbaik untuk memenuhi persyaratan perkembangan yang dapat ditempuh. Sebab setiap aktifitasnya memerlukan proses yang terus berubah (dinamis) dan bersifat multi indrawi, interaktif, kreatif dan imajinatif.

Selain itu, dengan adanya alat peraga dan siswa diharuskan bermain peran, anak akan mudah belajar secara mandiri karena secara tidak langsung anak belajar sambil bermain. Ditambah dengan bekerja dan berfungsinya kinerja otak anak ketika anak banyak berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Ketika proses bermain tersebut, seluruh otak anak terangsang, bukan hanya bidang tertentu yang terkait dengan keterampilan akademik formal. Bahkan Psikolog asal Rusia, Lev Vygotsky (1929) menulis, “Menurut saya, dari sudut pandang perkembangan, bermain bukanlah bentuk kegiatan yang berpengaruh, tetapi dalam beberapa hal ini merupakan sumber utama perkembangan. Sebab, bermain memfasilitasi perkembangan fisik dan sensomotorik anak saat dia berlari, melompat, menggali, berakting, mengecat, menggambar dan berbagai cara lain yang memiliki kontak langsung dengan bumi dan budaya disekitarnya.

Alat peraga dengan bermain peran mendorong siswa untuk semakin cerdas dalam mempelajari suatu pembelajaran. Sebagaimana yang difilosofikan oleh psikiater pertumbuhan David Winnicott (1982), bahwa “bermain bukanlah realitas jiwa batin. Bermain berada di lapis luar individu, tetapi bukan dunia luar. Ke dalam dunia bermain ini, anak mengumpulkan objek atau fenomena dari realitas luar dan mengggunakannya untuk memahami beberapa contoh yang diperoleh dari kenyataan batin atau individu. Tanpa berhalusinasi, anak mengarang sebuah contoh potensi mimpi dan hidup dengan contoh ini dalam sebuah latar fragmen pilihan realitas luar”.

Itulah beberapa kemudahan yang akan kita dapatkan ketika seorang guru memiliki semangat dalam membuat alat peraga. Selain anak mudah dalam memahami pembelajaran, guru pun dituntut untuk semakin kreatif dan cerdas dalam menghubungkan materi ajar dengan alat peraga yang akan dibuat. Jadi jangan sampai alat peraga yang dibuat tidak memilki keterkaitan dengan materi ajar karena alat peraga yang baik adalah alat peraga yang mencerminkan isi dari materi yang diajarkan.

Proses produktifitas dalam membuat alat peraga pun harus bervariatif dan inovatif sehingga siswa akan semakin merasakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dari hari ke harinya. Untuk itu, kepada semua guru kreatif, mari kita ciptakan suasana kelas yang membuat anak nyaman dan tertarik sehingga anak akan giat dan selalu semangat datang ke sekolah. Mudah-mudahan jika semuanya dapat terwujud, maka siswa-siswa cerdas akan banyak kita temukan di setiap sekolah.

[Disalin dari Buku “Ambon Manise; Jejak Langkah Pendampingan Sekolah di Maluku Tengah”, Rodiannauli Pane, dkk., DD Press. Penulis: Ny. H. Wally]

One thought on “Kurangkai Alat Peraga Untuk Siswa Cerdasku”

  1. Ehs Zulaeha says:

    setuju..semakin kreatif guru dalam membuat APE, maka siswa belajar akan lebih menyenangkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

shares